Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Mendekati akhir semester I-2019, investasi di Sumatra Utara (Sumut) sudah mulai bergerak. Tapi berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tahun ini pengusaha lebih memilih ekspansi ke sektor industri.
"Data pengusaha lokal yang ekspansi besar-besaran di akhir semester I ini belum ada. Tapi semua nampaknya sudah memikirkan untuk masuk ke sektor industri, tidak lagi ke sektor pertanian saja seperti tahun-tahun sebelumnya," kata Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Laksamana Adyaksa, Senin (17/6/2019).
Laks mengatakan, pengusaha memilih fokus ke sektor industri bukan tanpa alasan. Tentu saja, pembangunan infrastruktur yang digenjot pemerintah memberikan jaminan bagi pengusaha untuk tidak lagi berinvestasi di sektor pertanian saja.
Jika pembangunan infrastruktur bisa jalan dan pemerintah bisa komit, maka industri akan bisa jalan. "Sekarang sudah mulai membangun energi. Tentnya itu dibangun untuk industri dan mereka pun mulai masuk ke kawasan-kawasan industri. Pengusaha optimis bisa menggenjot sektor industri dengan adanya dukungan infrastruktur," kata Laks.
Saat ini, investor asing juga sudah mulai berminat masuk ke Sumut, khususnya ke sektor infrastruktur. Mereka mulai nanya-nanya dan mulai menawarkan berbagai investasi. Sebagian besar mereka dari Asia. Tentu infrastruktur yang mereka bidik mulai dari pembangunan jalan, pelabuhan, masalah listrik hingga air bersih.
Laks mengakui, sektor industri Sumut memang melempem belakangan. Hal itu bahkan ikut mempengaruhi ekspor Sumut. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, nilai ekspor Sumut periode Januari-April 2019 terpangkas hingga US$ 386,882 juta menjadi US$ 2,523 miliar dari US$ 2,910 miliar di Januari-April 2018. Penurunan ini karena sektor industri loyo dimana ekspornya turun 14,55% dari US$ 2,690 miliar menjadi US$ 2,299 miliar.
Berbeda dengan sektor industri, pada periode yang sama sektor pertanian justru naik 2,11% dari US$ 219,325 juta menjadi US$ 223,961 juta. "Jadi kita harus kembali menggenjot sektor industri. Karena pasarnya masih terbuka lebat," kata Laks.