Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Perusahaan teknologi Apple Inc. memperingatkan pemerintahan Trump agar menunda pemberlakuan tarif 25 persen untuk produk yang diimpor dari Cina, lantaran hal itu bisa mengurangi kontribusi Apple pada perekonomian Amerika Serikat.
Apple terlah menyurati Menteri Perdagangan AS Robert Lighthizer pada pekan ini terkait hal tersebut. Tarif yang bakal diterapkan akan mempengaruhi seluruh produk utama Apple, termasuk iPhone, iPad, MacBook, Apple Watch, AirPod, dan iMac.
Tarif tersebut juga akan merugikan penjualan produk lainnya yang tidak terlalu besar, seperti speaker HomePod, headpone Beats, sejumlah router nirkabel, Apple TV, dan dan sparepart cadangan iPhone dan produk Apple lainnya.
Ini merupakan pertama kalinya Apple menyebut langsung iPhone dan sejumlah daftar produk lainnya yang akan terkena dampak dari pemberlakuan tarif. Pasalnya, penjualan smartphone sudah menyumbang dua per tiga dari seluruh pendapatan Apple sehingga bisa mendorong penjualan produk dan layanan lainnya.
Apple merupakan salah satu penyumbang lapangan kerja terbesar di AS. Bertanggung jawab atas 2 juta posisi pekerjaan se-AS. Perusahaan itu juga menjadi salah satu pembayar pajak terbesar. Apple juga telah menjanjikan kontribusi pada pereknomian AS dengan nilai US$350 miliar dalam lima tahun dan masih dalam jalurnya untuk mencapai target tersebut.
Apple telah menghabiskan puluhan tahun membangun rantai bisnis raksasa di dunia itu. Perusahaan tersebut telah merancang dan menjual sebagian besar produknya di AS, tapi mengimpornya dari Cina setelah perakitan.
Hal itu, membuat Apple menjadi perusahaan paling rentan ketika bersinggungan dengan tarif yang diterapkan pada perang dagang antara AS dan Cina. Menghadapi hal itu, Apple kemungkinan akan memindahkan sejumlah produksinya dari Cina ke tempat lain di Asia.
“Apa yang memberikan keuntungan bagi Apple dalam beberapa waktu lalu kemungkinan akan berbalik jadi merugikan margin mereka di masa mendatang. Walaupun Apple mau mengubah dirinya menjadi perusahaan pelayanan, tak bisa dipungkiri bahwa 60 persem keuntungan mereka tetap didapat dari penjualan iPhone,” kata Neil Campling, Head of TMT research di Mirabaud Securities Ltd.
Sebelumnya, ketika berhadapan dengan pajak lokal untuk penjualan produk di beberapa negara, Apple sudah pernah melakukan pemindahan produksi dari negara-negara itu.
Apple saat ini sudah membangun lokasi produksi iPhone di India untuk menghindari pajak lokal di sana, hal yang sama juga dilakukan di Brasil.
Namun, pemindahan lokasi produksi dari Cina bukannya tak berisiko. Pemasok Apple mempekerjakan jutaan orang di Cina, dan hubungan dengan pemerintahnya didasari pada kontribusi pada perekonomian negara.
Pindah dari Cina akan mengancam pekerjaan di pabrik tersebut, memperkeruh hubungan dengan pemerintah Cina dan meningkatkan potensi pelarangan penjualan iPhone dan seluruh layanannya seperti Apple Music dan iCloud di Cina.
Tahun lalu, Apple juga sempat memperingatkan Lighthizer bahwa tarif yang diterapkan AS bisa mempengaruhi Airpods, Macbook, dan Apple Watch.
Menanggapi hal itu, Pemerintah AS menyebut akan mencegah Apple Watch dari dampak tarif.(bisnis.com)