Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Balige. Sejumlah tokoh adat Batak utusan marga-marga di Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) kumpul di Gedung Dojo TB Centre, Balige dalam Seminar Adat Marhata Batak, Sabtu (22/6/2019), Salah satu hal yang menjadi pokok utama pembahasan adalah soal prosesi adat pesta hunjuk pernikahan yang saat ini waktunya belrangsung terlalu lama. Hasil pertemuan yang difasilitasi Dinas Pariwisata Tobasa itu merekomendasikan kembali ke budaya semula yang diwariskan oleh leluhurnya, sebab pelaksanaannya lebih singkat dan bernilai tinggi.
"Seminar ini telah menimbulkan satu harapan kesepakatan bagaimana dalam pelaksanaan pesta adat pernikahan akan dikembalikan sebagaimana dulu dibuat oleh leluhur yang nilainya lebih tinggi dibanding pelaksanaan saat ini yang banyak penambahan," ujar Kadis Pariwisata Tobasa, Audhi Murphy Sitorus, Senin (24/6/2019) di Balige.
Dia mengatakan, pentingnya satu kesepakatan dalam pelaksanaan pesta hunjuk adat pernikahan sangat dibutuhkan. Karena saat ini sudah banyak terkontaminasi kemajuan, termasuk acara tor-tor maupun saat penerimaan tumpak (bantuan dari undangan) cukup menguras waktu yang sebenarnya masih bisa dipersingkat.
"Boleh kita simak, saat acara tor-tor dan penerimaan tumpak masih bisa dihemat memperingkas acara kalau pernak-pernik ditiadakan, " terangnya mencontohkan adanya penambahan acara pada saat itu seperti koor dari undangan.
Atas diselenggarakan Seminar Adat Marhata Batak tersebut diharapkan yang menghasilkan rekomendasi kembali pada budaya dulu bisa menjadi pedoman dalam menyelenggarakan acara pesta tanpa terbebani waktu lama yang keseringannya berakhir hingga malam hari.
"Kalau boleh seluruh kegiatan pesta usai tidak sampai meat manuk (ayam tidur) sehingga pihak yang berpesta baik undangan dan kedua pihak pengantin dapat istirahat dengan baik," ucapnya.
Ditambahkan Murphi, karena pentingnya adat dan budaya Batak sebagai aset daerah maupun bangsa, maka akan diupayakan berbagai program menggali agar kebudayaan itu lebih disukai, termasuk nilai pemahaman tentang ulos dan sejarah objek wisata.
Menurutnya, budaya adat Batak yang memiliki nilai tinggi pantas diperkenalkan kepada dunia sebagai ajang wisata, termasuk bahasa-bahasa Batak (umpama) yang biasa dibawakan dalam acara pesta.
Budayawan Batak, Monang Pospos, mengatakan, evaluasi tentang prosesi pesta adat pernikahan harus melalui konsep, sehingga seluruh pembicaraan terarah.
"Karena saat ini merupakan simulasi, namun sudah mendapat inti bahwa pelaksanaan acara adat Batak butuh perbaikan agar lebih menunjukan budaya yang sebenarnya," katanya.
Senada disampaikan Patuan Raja Bonar Siahaan. Ia meminta agar penyampaian umpasa supaya tidak bertele-tele dan tidak berfokus pada rasa egois.
"Filosofi adat Batak tidak dihilangkan, bagaimana untuk lebih sempurna ke depan dibuat secara rembuk dan tidak panjang lebar penyampaian umpasa (pepatah) Batak," terangnya diamini budayawan lainnya Raja Bonar Siahaan.