Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Mahkamah Konstitusi (MK) menolak seluruh permohonan gugatan hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang diajukan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Dengan putusan ini, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin tetap memenangi Pilpres 2019. Lalu apa yang harus menjadi fokus presiden terpilih dan bagaimana membuat ekonomi RI tetap menggeliat?
Menurut pengamat ekonomi, Vincent Wijaya, ada banyak hal yang perlu penanganan serius. Juga beberapa hal untuk membuat ekonomi RI bisa terus tumbuh. Tapi jika menyoal prioritas, maka presiden terpilih harus fokus bagaimana bisa membayar bunga utang dan yang jatuh tempo. Per Mei 2019, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, utang RI mencapai Rp 4.571,89 triliun atau sekitar 29,65 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
"Presiden tentunya sudah harus memikirkan bagaimana membayar bunga utang dan yang jatuh tempo. Bahkan jika memungkinkan, bagaimana mengurangi besaran utang tersebut," katanya, Sabtu (29/6/2019).
Selanjutnya, harus fokus bagaimana menjaga defisit APBN tanpa memotong anggaran termasuk subsidi listrik dan BBM.
Lalu bagaimana membuat ekonomi menggeliat di tengah kondisi perang dagang AS-Cina dan masalah geopolitik? Untuk hal ini, presiden harus bisa bagaimana meningkatkan cadangan devisa melalui ekspor dan investasi asing. Untuk kedua hal ini, pemerintah bisa mencari negara tujuan baru atau meningkatkan volume ke negara yang tujuan selama ini. Sebenarnya, di negara mana pun sama saja asal bisa menjaga permintaaan dan stok. Selain itu, harus menjaga mutu, harga dan reputasi.
Untuk reputasi, kata Vincent, cukup penting yakni jangan tidak tepat janji atau gagal kapalkan. Karena itu sangat penting untuk keberlangsungan kerja sama dengan buyer (pembeli).
Sementara untuk menggaet investor asing, Indonesia bisa menawarkan sektor pariwisata, sumber daya alam, dan konsumsi. Apalagi daya beli penduduk Indonesia bertengger di nomor 4 besar dunia. Tentunya sektor-sektor ini harus dikemas semenarik mungkin agar investor asing bisa menanamkan modalnya di Indonesia.
"Jangan setengah-setengah seperti selama ini. Jika memang fokus, harus digali mana yang paling 'menjual' sehingga investor asing pun tidak ragu mengeluarkan uangnya. Tapi penting juga soal perizinan dan peraturan lainnya bisa memudahkan pengusaha. Jadi selain asing, pengusaha dalam negeri juga bisa mendapatkan porsi," kata Vincent.