Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Banyak benda budaya peninggalan suku Batak yang sudah sulit ditemukan sekarang ini. Padahal, benda-benda itu tidak sekedar fungsional, namun juga memiliki nilai dan makna secara filosofis. Salah satunya sapa.
Sapa boleh disebut sebagai singkatan dari sada panganan/sipanganan. Sapa adalah piring besar terbuat dari kayu yang digunakan sebagai wadah untuk makan bersama dalam tradisi suku Batak. Demikian dijelaskan Budayawan Batak, Rismon Raja Mangatur Sirait kepada medanbisnisdaily.com, Rabu (10/2/7/2019).
"Dalam rumah, satu keluarga tidak boleh ada dua sapa, karena filosofi sapa untuk mempererat satu hubungan kekeluargaan," ujar Rismon
Pria yang menggeluti spiritualitas Batak ini menambahkan, bersama merasakan nikmatnya makan dalam satu wadah dan tidak boleh saling duluan makan, adalah tradisi yang diwariskan nenek moyang orang Batak. Namun, lanjutnya, bila ada tamu ke rumah, mereka juga tetap harus makan bersama dari sapa, sebagai tanda kekerabatan.
"Tahun 80-90, tradisi makan bersama dengan satu piring, masih sering ditemukan dalam satu pesta. Tapi, sekarang ini tradisi itu tidak dijalankan lagi," kata Rismon.