Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Samosir. Ada perbedaan prinsip dalam memandang kehidupan antara orang kota dengan orang rimba/masyarakat adat. Definisi beradab yang kerap diklaim orang kota justru dipertanyakan orang rimba.
Demikian dikisahkan pegiat masyarakat adat dan lingkungan Butet Manurung saat menjadi pembicara diskusi pendidikan alternatif dan pelatihan di Desa Tomok Parsaoran, Simanindo, Samosir, Jumat (12/7/2019).
"Orang rimba itu bingung dengan orang kota. Katanya lebih beradab, tapi sungainya kotor," kata Butet.
Butet yang mengisahkan pengalamannya selama mendampingi Suku Anak Dalam di Jambi di akhir 90-an itu menjelaskan, seringkali orang memandang orang lain butuh ditolong, padahal kenyataannya tidak.
Ia mencontohkan kasus yang pernah dialami masyarakat pedalaman Papua. "Mereka dipaksa pakai sepatu, padahal itu bukan kebutuhan mereka. Justru setelah pakai sepatu, kekebalan tapak kaki mereka berkurang sehingga mudah tertusuk duri. Padahal sebelumnya, kalau mijak duri nggak terasa," kata pemilik nama asli Saur Marlina Manurung ini.
Ia menambahkan, orang rimba juga bingung lihat orang kota. Di kota banyak mobil di dalam rumah, tapi di kota banyak orang yang tak punya rumah. Sementara masyarakat rimba, rumahnya sama-sama. Apa yang ada dimakan sama-sama. "Kalau orang rimba atau masyarakat adat, makan dan lapar sama-sama, enggak ada satu kenyang tapi yang lain lapar," jelasnya.