Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Berbicara pada Diskusi Publik bertajuk Menakar Dampak Pencemaran Lingkungan Terhadap Perkembangan Pariwisata Danau Toba di kampus Unika St. Thomas Medan, Selasa (16/7/2019), Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Sumatera Utara, Siti Bayu Nasution, menyatakan sudah sejak tahun 1996 pihaknya memantau kwalitas air Danau Toba. Hal itu dikarenakan air Danau Toba oleh kebanyakan masyarakat di sekitarnya dijadikan sumber berbagai keperluan, termasuk air minum.
Katanya, pada 1996 penelitian di 26 titik pantau air Danau Toba memperlihatkan 23 diantaranya berada pada kondisi baik dan baik sekali. Layak dijadikan sumber air baku air minum. Lalu pada pantauan tahun 2005-2010, sebanyak 19 dari 21 titik pantau sudah tercemar.
"Pada 2012 hampir semua titik pantau sudah tercemar. Tidak hanya di pinggir danau, bahkan di tengah yang tidak ada kegiatan masyarakat juga tercemar," kata Siti pada diskusi yang juga menampilkan founder Sumatera Institute, Jhon Fawer Siahaan, serta Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Danau Toba, Arie Prasetyo, itu.
Ungkapnya, pada pantauan teranyar pada 2016, situasinya kian memprihatinkan. Semua titik pantau air Danau Toba sudah tercemar berat. Sudah terdapat bakteri coli dan E-coli. Padahal status baku mutunya kelas I.
Adalah usaha keramba jaring apung (KJA), terang Siti, baik oleh korporasi maupun warga sekitarnya, yang merupakan salah satu penyebab tercemarnya air Danau Toba. Itulah kenapa kemudian Pemprov Sumut melalui Keputusan Gubernur pada 2017 menetapkan batas daya dukung dan daya tampung Danau Toba. Yakni produksinya maksimal 10.000 ton/tahun.
"Korporasi yang berusaha KJA di Danau Toba sudah melampaui 10.000 ton. Mereka harus mengurangi, tetapi tidak tiba-tiba. Sampai lima tahun ke depan," paparnya.
Katanya, karena terbentuk akibat letusan gunung berapi, topografi daerah di kawasan Danau Toba berbukit dan banyak pegunungan. Sekitar 42,2 curam dan sangat curam. Tidak dapat menahan air hujan, akibatnya kerap terjadi longsor. Tidak terdapat banyak daerah tangkapan air. Air di daerah tersebut hanya ada pada musim penghujan, tetapi kering saat musim kemarau. Itu sebabnya masyarakat memiliki ketergantungan pada air Danau Toba. Sebagai sumber air baku air minum dan kebutuhan lainnya.