Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Memasuki semester II-2019, pertumbuhan ekonomi masih seret dan kondisi ini diperkirakan masih berlangsung hingga 2020 mendatang. Dari sisi belanja domestik memang masih tumbuh, namun dari sisi kinerja ekspor impor, yang direalisasikan dengan neraca perdagangan, secara keseluruhan masih dalam tekanan.
Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan, membengkaknya defisit neraca perdagangan belakangan ini memberikan tekanan kuat bagi kinerja ekonomi lainnya, termasuk salah satunya adalah kinerja mata uang rupiah. "Meski saat ini rupiah diuntungkan karena tren perkembangan suku bunga acuan di negara lain khususnya AS diperkirakan mengalami penurunan dalam waktu dekat. Tapi ancaman perang dagang yang masih berkecamuk, menjadi salah satu penyebab utama ketidakstabilan ekonomi global yang bisa saja memicu terjadinya ketidakseimbangan ekonomi domestik," katanya, Senin (22/7/2019).
Gunawan mengatakan, ketidakseimbangan ekonomi global saat ini telah memukul harga komoditas nasional khususnya minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang terpuruk belakangan ini.
Keterpurukan harga CPO membuat harga sawit di tingkat petani kembali mengulang sejarah terendahnya di tahun kemarin khususnya di bulan November. Kondisi tersebut memukul daya beli petani dan masyarakat Sumatra Utara yang lebih dari 60% ekonominya sangat bergantung dari harga CPO dunia.
Namun, itu hanya salah satu dampak dari ketidakseimbangan perekonomian global belakangan ini. Dan masih ada banyak lagi dampak yang lainnya. Era kepemimpinan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menjadi titik dimana perang dagang antara AS dan mitra dagangnya berkecamuk. Tidak sedikit yang menyalahkan kepemimpinan Donald Trump atas masalah ekonomi yang terjadi belakangan ini.
Banyak juga analis dan pengusaha yang menyatakan bahwa jika Trump kalah pada pemilihan Presiden AS 2020, diperkirakan ekonomi global akan kembali ke titik keseimbangan baru. Dan tidak sedikit yang memperkirakan ekonomi Sumut akan pulih nantinya jika Trump tidak terpilih lagi.
"Tetapi menurut saya, sekalipun hal tersebut terjadi, bukan berarti ekonomi akan pulih dengan seketika. Masih ada tahapan lain yang harus dilakukan. Terlebih jika Presiden AS yang terpilih nantinya ternyata juga tidak memiliki paradigma yang berbeda dari pendahulunya. Jadi saya pikir kita harus fokus pada penuntasan masalah ekonomi dari sisi domestik saja. Kita perkuat dengan menggerakkan ekonomi di dalam negeri," kata Gunawan.