Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Dialog antara mahasiswa dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Medan dengan Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi, Kamis (1/8/2019), yang semula diharapkan mendialogkan tentang pencemaran Danau Toba dan mencari solusinya, justru berubah menjadi semacam "penghakiman".
Sedari awal, sekitar pukul 15.30 WIB, sejak Edy bersama wakilnya, Musa Rajekshah (Ijeck), memasuki ruang wartawan atau pressroom di lantai I kantor Pemprov Sumut, dia langsung menyampaikan pernyataan bernada provokasi kepada 8 anggota GMKI yang hadir.
"Iyah... ada perempuan, bisa juga perempuan manjat-manjat pagar ya," kata Ketua GMKI Medan, Hendra Manurung, menirukan pernyataan Edy kepada medanbisnisdaily.com.
Tidak cuma itu, jelas Hendra, beberapa pernyataan Edy kepada mereka juga "blunder". Misalnya, dia menantang mahasiswa mengajari dirinya tentang apa yang harus dilakukan untuk mengatasi pencemaran Danau Toba. Dia juga menyatakan bahwa gerbang kantor gubernur yang patah saat massa GMKI melakukan demonstrasi pada Jumat lalu (26/7/2019), sebagai marwahnya. Marwah jutaan warga Sumut yang dipimpinnya.
"Seharusnya marwah gubernur itu kan sesuai dengan slogan "Mendengar Suara Rakyat" yang tertera di pressroom itu, masak dia katakan gerbang yang rusak adalah marwahnya," terang Hendra.
Yang lainnya, paparnya, Edy menyatakan bahwa dia tahu apakah mahasiswa GMKI memilih dia atau tidak di Pilgub lalu.
"Apa hubungannya dia berbicara seperti itu, kita menghormati dia sebagai pimpinan seluruh rakyat Sumut, makanya kita datang menyampaikan aspirasi," ujar Hendra.
Semula, kata anggota GMKI lainnya yang turut hadir, Pera Silalahi, pihaknya berpikir positif bahwa pertemuan dengan Edy Rahmayadi benar-benar akan mendialogkan persoalan pencemaran Danau Toba akibat perusahaan-perusahaan yang beroperasi di sana. Seperti, PT Aquafarm Nusantara, PT Allegrindo, JAPFA dan sebagainya. Itu sebabnya mereka bersedia hadir, tanpa ada sedikitpun kecurigaan akan dituntut minta maaf.
Tetapi yang berlangsung sangat berbeda. Nyaris tidak ada sama sekali pembahasan tentang tuntutan yang disampaikan GMKI saat melakukan demonstrasi, yakni menghentikan pencemaran Danau Toba dengan cara menghentikan operasional perusahaan-perusahaan yang telah mencemari.
"Gubernur selalu hendak mengalihkan percakapan agar kami minta maaf kepada dia atas rusaknya pagar kantor," tutur Pera.
Hendra menyimpulkan bahwa maksud gubernur mengundang pertemuan dengan GMKI adalah dalam rangka menghakimi mereka, bukan untuk mendialogkan masalah Danau Toba. Padahal mereka sudah mempersiapkan gagasan yang bisa dilakukan bersama Gubernur Edy untuk dijalankan.
Koordinator Wilayah I GMKI Sumatera Utara-Nangroe Aceh Darussalam, Gito Pardede, berharap masih bisa dilakukan dialog dengan Edy Rahmayadi terkait penanggulangan pencemaran Danau Toba. Bukan mengancam akan mengadukan mahasiswa ke kepolisian.
Sementara itu dua senior GMKI, Tonggo Pardede dan Sutrisno Pangaribuan, menyatakan sangat menyayangkan sikap Gubernur Edy yang terkesan menghindari dialog dengan mahasiswa. Tanpa bermaksud membenarkan tindakan anggota GMKI yang merusak pagar kantor gubernur, dialog terkait tuntutan mereka seharusnya dilakukan lebih dulu.
Kata Tonggo, perusakan gerbang kantor gubernur bukan tujuan digelarnya demonstrasi GMKI. Seharusnya saat itu para pejabat Pemprov Sumut membuka gerbang dan mengajak mahasiswa berdialog menyangkut tuntutan yang disampaikan. Karena gerbang tetap dikunci atau ditutup, dialog tidak terjadi. Efek tidak adanya dialog, gerbang jadi dirusak.
"Masak gubernur begitu sikapnya. Seharusnya diadakan dialog dulu, didengar aspirasi dan tuntutan mahasiswa. Baru kemudian diminta mohon maaf, semestinya begitu," terangnya.
Sutrisno yang juga anggota DPRD Sumut menyatakan terlalu naif jika Edy Rahmayadi mengadukan GMKI atas rusaknya gerbang kantornya. Edy bisa merasa malu jika banyak hal terkait Pemprov Sumut dibuka ke publik.
"Mengapa aset Pemprov Sumut yang tidak hanya rusak, tetapi bahkan berpindah tangan, tidak diusut dan dilaporkan Edy ke aparat hukum. Masak soal gerbang yang rusak dia begitu reaktif," tegasnya.