Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Wilmar Simandjorang salah seorang narasumber diskusi publik yang digelar Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Medan, menyentil pengelolaan pariwisata Kawasan Danau Toba (KDT) yang amburadul. Ia membandingkan jumlah pengunjung ke objek wisata Stonehenge di Inggris dengan KDT.
"Bayangkanlah, di Inggris hanya menjual batu (Stonehenge-red) pengunjungnya 1,5 juta per tahun. Sementara di KDT yang semuanya serba indah, susah kali datangkan wisatawan," kata Wilmar.
Wilmar mengkalkulasikan, seandainya di satu titik di KDT pengunjungnya mencapai 1,5 juta orang per tahun, diperkirakan uang yang matang Rp 6,5 triliun.
Soal kerusakan KDT, Wilmar mengatakan, sudah tak perlu dijelaskan, karena semua sudah tahu. GMKI Medan, sambung Wilmar sudah tepat memprotes itu.
Sementara narasumber lainnya, akademisi dari Universitas HKBP Nommensen Medan, Erika Pardede dalam kertas kerjanya mengatakan, kerusakan KDT paling besar disumbangkan oleh aktivitas perusahaan yang ada di KDT, selain juga aktivitas manusia (rumah tangga-red).
"Kalau ini dibiarkan terus menerus, ekosistem di KDT akan hancur total. Karena saat ini saja daya tampung ekosistem KDT sudah tidak bisa lagi menahan beban residu," kata Erika.
Diskusi publik dengan tema "Menagih Janji Pemerintah Menutup Perusahaan Perusak KDT" ini berlangsung di Aula PKM GMKI Medan, Jalan Iskandar Muda, No 107 A, Medan, Kamis sore (8/8/2019).
Selain Wilmar dan Erika, narasumber lainnya adalah Sekretaris Eksekutif Bakumsu Manambus Pasaribu dan Suryati Simanjuntak dari KSPPM. Sedangkan Gubernur Sumatra Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi yang turut diundang tidak hadir.