Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Gejolak ekonomi global masih terasa dan semakin nyata ancamannya. Salah satu penyebabnya adalah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang tak kunjung usai.
Menurut Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso perang dagang antara AS dan China yang perlu dikhawatirkan. Sebab level pertikaiannya sudah mulai berubah menjadi perang mata uang.
"Kita jangan terlena karena kondisi perekonomian global diperkirakan belum akan membaik. Tensi trade war antara Amerika dan Tiongkok diperkirakan masih berlanjut dan bahkan sudah mengarah ke currency war. Proyeksi perlambatan ekonomi global semakin nyata," tuturnya dalam perayaan HUT Pasar Modal ke-42 di Gedung BEI, Jakarta, Senin (12/8/2019).
Menurut Wimboh, kondisi itu mengakibatkan prediksi perlambatan pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan berbagai lembaga internasional menjadi semakin nyata. Hal itu memberikan tekanan pada perdagangan internasional.
Untuk mengantisipasinya, beberapa negara sudah melakukan antisipasi dengan melakukan penurunan suku bunga acuan, termasuk Indonesia.
"Berbagai negara telah menyadari hal ini dan merespons dengan lebih agresif menurunkan suku bunga acuannya," ucapnya.
Beberapa negara yang sudah menurunkan suku bunga acuannya seperti India yang menurunkan 35 basis point (bps), lebih besar dari perkiraan. Ada juga New Zealand yang menurunkan suku bunga acuannya menjadi terendah sepanjang sejarah.
"Thailand di luar perkiraan juga menurunkan suku bunga acuannya. Begitu juga BI telah menurunkan suku bunga acuannya dan juga melonggarkan GWM-nya. Kita semua harus merespons dinamika ini dengan cepat dan tepat," ucapnya.
Menurutnya hal itu mengindikasikan tantangan dari perlambatan ekonomi global yang masih akan mewarnai perkembangan ekonomi domestik.(dtf)