Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Perdagangan bursa global termasuk dari dalam negeri, diwarnai panic selling. Bahkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung dibuka turun lebih dari 1% karena panik jual saham terjadi. Namun hal ini tidak berlangsung lama karena menjelang penutupan, IHSG justru ditutup melemah lebih tipis dibandingkan pembukaan yakni melemah 0,156% di level 6.257. Level tertinggi IHGS berada di level 6.257 dan terendah berada di level 6.161.
Di bursa global, pelemahan mayoritas saham terlebih Wallstreet karena adanya sinyal resesi. Itu membuat investor beralih pada aset-aset yang lebih aman untuk sementara waktu.
Panik jual sejumlah saham di Amerika Serikat (AS) membuat indeks Dow Jones amblas 3,04%, nasdaq jatus 3.02%, S&P 500 turun 2,92% dan NYSE turun 2,8%. Sementara itu sentimen ini juga berimbas pada indeks indeks di Asia dimana STI melemah 0,9%, Nikkei turun 1,2% dan Pilipina turun 0,39%.
Untuk IHSG sendiri, penurunannya yang tipis karena ditopang oleh penguatan saham yang memiliki market cap yang cukup besar di pasar seperti INKP dan TKIM. Adanya berita Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta Menteri Keuangan untuk menghapus pajak kertas menjadi sentimen positif kenaikan pada saham INKP dan TKIM masing-masing sebesar 16,9%.
Sebelumnya adanya beban bagi perusahan kertas terkait pajak dan sebagainya membuat saham ini melemah lebih dari 40% dari harga wajarnya. Upaya ini telah lama diperjuangkan oleh Serikat Perusahaan Pers (SPS) di tanah air namun baru saat ini direspon cukup baik oleh Presiden RI langsung. No Tax for Knowledge diharapkan mampu meringankan beban perusahaan dan mengembalikan saham INKP dan TKIM atas 10.000/lembar.
Sementara itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS masih melemah 0,4% di level 14.304/dolar AS. "Saya kira, pelemahan rupiah saat ini seiring dengan ketidakstabilan ekonomi Indonesia sebagai negara berkembang sehingga masih rentan terkena imbas resesi maupun krisis ekonomi yang mungkin akan terjadi. Begitupun, peluang investasi di Indonesia masih cukup baik dan stabil," kata Gunawan.