Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Indonesia hari ini merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan ke-74. Sayangnya Indonesia belum benar-benar merdeka dari sisi ekonomi, pasalnya surat berharga negara (SBN) alias surat utang pemerintah belum sepenuhnya dimiliki oleh domestik.
Arus modal asing yang masuk ke pasar SBN rupiah terus bertambah. Data terakhir menunjukkan kepemilikan asing di SBN rupiah mencapai Rp 1.000,39 triliun. Jumlah itu bahkan sudah lebih tinggi dari posisi 2 Juli sebesar Rp 991 triliun.
Kepemilikan asing sendiri saat ini sudah mencapai sekitar 40% dari profil SBN yang sudah diterbitkan. Hal itu menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira, membuat Indonesia masih semi terjajah dari sisi ekonomi.
"Kalau rasio utang semakin meningkat, jumlah utang secara nominalnya juga semakin tinggi. Nah kalau tidak diimbangi dengan kepemilikan domestik yang besar, maka akan terus menerus ya kita sebenarnya semi terjajah ya," kata Bhima di Jakarta, Sabtu (17/8/2019).
"Karena hidup matinya perekonomian Indonesia setengahnya itu dipengaruhi oleh kepentingan kreditur asing gitu," jelasnya.
Jika porsi asing di surat utang ini tidak ditekan dengan kepemilikan domestik, konsekuensinya menurut Bhima tidak main-main seandainya asing menjual surat utangnya beramai-ramai.
Bhima mencontohkan, apabila terjadi ketidakpastian ekonomi, asing bisa saja keluar secara berjamaah, dan itu mengakibatkan pelemahan nilai tukar rupiah. Kemudian likuiditas di pasar keuangan menurun secara drastis.
"Apabila asing menjual surat utang secara serempak maka bisa menyebabkan krisis ekonomi. Bahkan lebih buruk dari tahun 1998. Itu konsekuensinya," tambahnya.(dtf)