Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun tipis 0,016% di level 6.295. Sebaliknya rupiah justru berhasil naik 0,42% di level 14.270/dolar Amerika Serikat (AS). "Rupiah tampaknya mulai merespon kebijakan-kebijakan baru yang dilakukan oleh Bank Indonesia (BI) guna menstabilkan nilai tukar rupiah di tanah air," kata analis pasar keuangan, Gunawan Benjamin, Selasa (20/8/2019).
Sementara itu, indeks saham diberbagai bursa ditutup bervariasi dimana indeks Dow jones naik 0,96%, indeks Nasdaq naik 1,35%, Indeks Hangseng turun tipis 0,229%, STI naik 0,31%.
Menurut Gunawan, pergerakan saham di beberapa bursa saham dapat dipengaruhi oleh sentimen-sentimen dari perekonomian global baik itu suku bunga, pertumbuhan ekonomi, krisis maupun perang dagang AS. Hal ini menjadi isu yang dapat membuat sejumlah saham terkerek naik maupun tertekan turun.
Meski bersifat sementara, isu-isu global biasanya akan berdampak pada sektor saham secara signifikan dalam waktu yang cepat. Misalnya adanya penurunan suku bunga The Fed diikuti oleh Bank Sentral negara lainnya akan mendorong penguatan bagi sektor properti namun hal ini akan cenderung menekan saham yang berada pada sektor perbankan.
Sejauh ini, kata Gunawan, ada beberapa isu yang sebelumnya menggoyangkan saham-saham di berbagai bursa diantaranya perang dagang AS dengan Cina maupun perang dagang Jepang dengan Korea Selatan. Trump beberapa pekan lalu berencana akan menaikkan tarif impor produk asal Cina sebesar 10% diawal bulan September 2019.
Adanya sentimen ini jelas membuat Cina tidak tinggal diam. Cina pun mengancam akan mencoret impor barang asal AS. Hal ini sontak membuat investor panik yang diikuti oleh kejatuhan indeks saham di atas 2% pekan lalu. Untuk itu, adanya negosiasi perang dagang antara AS dengan Cina kini menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh pelaku usaha dan investor. Hal ini menjadi bagian yang penting terkait adanya keputusan kenaikan tarif impor 10 % lagi atas produk barang impor asal Cina.
Selain ini, perang dagang Jepang dan Korea Selatan juga memberikan tekanan pada situasi ekonomi global. Larangan ekspor bahan baku teknologi ke Korea Selatan tentunya menyulitkan perusahaan-perusahaan teknologi di negara tersebut dan berdampak langsung pada industri teknologi di beberapa wilayah di Korea Selatan.
Tak hanya AS dengan Cina yang akan melakukan negosiasi, Jepang dan Korea Selatan juga akan melakukan negosiasi terkait masalah-masalah utama antar keduanya. Jepang pun dikabarkan telah melakukan pengiriman kembali bahan baku teknologi tinggi ke Korea Selatan.
"Hal ini tentunya menjadi sentimen positif bagi pelaku saham untuk memanfaatkan situasi ini. Para pelaku saham bisa membidik saham-saham yang bakalan terkerek karena situasi ini," kata Gunawan.