Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Terhitung sejak September 2018 genap satu tahun Edy Rahmayadi memimpin Provinsi Sumatera Utara, sebagai gubernur. Untuk periode kepemimpinan 2018-2023. Bersama Musa Rajekshah yang jadi wakilnya.
"Sumut Bermartabat", visi yang diusung pada Pilgub 2018 adalah jargon yang kerap diteriakkannya pada setiap kesempatan tampil di hadapan publik di berbagai kegiatan. Bersama anak buahnya para aparat sipil negara maupun yang lainnya. Maksudnya tak lain agar siapa saja berkenan mendukung dirinya menuju cita-cita itu. Pasti tidak satupun warga tak setuju dengan mimpinya tersebut.
Sumut Bermartabat bagi Edy adalah warganya yang berjumlah sekitar 15 juta berdaya saing. Di mana persoalan kesehatan, pendidikan, kemiskinan, pengangguran serta keamanan, semuanya sudah terselesaikan. Tak ada lagi stunting atau bayi yang pertumbuhan fisiknya tidak sesuai usia akibat kekurangan gizi. Sangat layak didukung.
Dari peringkat bawah dibanding 34 provinsi lainnya di Indonesia, dia ingin mengembalikan posisi Sumatra Utara yang pernah berjaya di ranking ketiga kembali naik secara nasional. Dengan berbagai ikhtiar yang dilakukannya.
Setelah satu tahun memimpin Sumut, mungkin masih terlalu dini menilai Edy yang mantan Pangkostrad dengan pangkat jenderal bintang tiga gagal atau berhasil memperjuangkan visi Sumut Bermartabat. Masih tersedia waktu cukup panjang, empat tahun, untuk menyimpulkan. Sampai 2023.
Begitupun, tidak salah mengungkapkan rasa optimis atau pesimis kepadanya. Dengan melihat kiprah kepemimpinannya setelah satu tahun berlalu sebagai dasar penilaian.
Wacana Pembangunan
Antara prestasi nyata dengan kehebohan yang dimunculkan Edy melalui beragam pernyataannya di hadapan publik, kalangan pengamat dan politisi secara mudah bisa menentukan kecenderungannya. Prestasi dalam arti gebrakan. Misalnya, perbaikan kualitas dan kultur birokrat, upaya konkrit pembangunan fasilitas publik atau yang lainnya.
Yang cukup memikat bagi media mencatat rencana pembangunan Edy adalah soal pusat kegiatan olahraga (sport center), pemindahan asrama haji ke kawasan Kualanamu, mengembalikan Lapangan Merdeka Medan ke fungsi dasarnya dan membangun jalan tol dalam kota. Plus penanggulangan banjir yang merupakan momok bagi warga Kota Medan.
Sekali lagi, pembangunan yang diwacanakan Edy itu masih rencana. Soal realisasinya, lihat saja nanti.
Terkait perbaikan kwalitas birokrat yang bakal jadi pembantunya di pemerintahan, di awal-awal kepemimpinannya Edy pernah menjanjikan kepada wartawan pada acara Silaturahmi Insan Jurnalis akan merekrut orang-orang terbaik. Yang diambilnya sebagai contoh saat itu adalah bekas pejabat teras di DKI Jakarta, Lasro Marbun.
Apakah saat ini pejabat yang berada di sekeliling Edy dan wakilnya (seperti; kepala dinas, kepala biro atau asisten) benar-benar sudah berkwalitas? Masyarakat menunggu pembuktiannya.
Kehebohan
Masih jelas dalam ingatan, bersamaan ketika ditetapkan menjadi gubernur, Edy masih menjabat Ketua Umum organisasi olahraga, sepakbola, yakni Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).
Akibat prestasi PSSI yang jeblok, Edy menjadi bulan-bulanan kritik. Seluruh Indonesia mencercanya. Dinyatakan tidak fokus mengurus persepakbolaan nasional karena juga harus memimpin Sumut. Bertubi-tubi serangan "bully" diarahkan padanya, meminta dia memilih satu diantara dua. PSSI atau Sumut. Yang kedua menjadi pilihannya, tetap menjabat gubernur.
"Jangan kalian bully aku ya, akan kukejar. Sudah habis rasa takutku," begitu mantranya saat itu untuk membuat keder wartawan dan berhenti mengkritiknya.
Kendati kemudian yang "ketakutan" adalah dia. Kehebohan reda sesaat setelah Edy mundur dari PSSI.
Kehebohan berbeda pernah dibuatnya sebelum lengser dari PSSI. Entah karena tidak mengerti perbedaan tugas antara legislatif dengan eksekutif, Edy menyatakan akan mengevaluasi anggota DPRD Sumut. Wilayah yang bukan kewenangannya.
Kemarahan para anggota legislatif kepadanya saat itu membuatnya leleh. Untung saja Edy cepat mengambil sikap minta maaf. Jika tidak, kegaduhan bakal berkepanjangan.
Karena merasa wali kota/bupati se-Sumut tidak tunduk padanya, pernah pula Edy menciptakan kehebohan lainnya. Katanya, kalau rakyat tidak mendukungnya lebih baik mundur sebagai gubernur. Tak ada hujan dan tak ada angin, bisa-bisanya dia mengeluarkan pernyataan kontroversial.
Tak tahan "dikejar-kejar" berbagai pihak guna klarifikasi, yang disalahkannya kemudian adalah wartawan. Para kuli tinta dituduhnya salah kutip.
Lalu yang teranyar adalah kehebohan soal wisata halal. Guna meningkatkan angka kunjungan wisatawan ke kawasan Danau Toba, dikabarkan dia akan menciptakan area wisata berciri Islam. Dari penyediaan makanan hingga tempat ibadah, semuanya untuk memikat turis dari negara berpenduduk muslim. Seperti, Malaysia.
Se-Indonesia heboh akibat pernyataan "menggegerkan" yang kemudian dibantahnya itu. Tak cuma media lokal, media nasional ikut memberitakannya. Berbagai perlawanan warga sontak muncul demi menolak gagasan tersebut.
Gubernur Rasa Wali Kota dan Asbun
Secara terang-terangan anggota DPRD Sumut, Sutrisno Pangaribuan, menyatakan Edy telah bersikap tidak proporsional dalam kapasitasnya sebagai gubernur. Mengurusi sesuatu yang bukan kewenangannya. Seperti, mengembalikan fungsi Lapangan Merdeka, penanggulangan banjir dan pembangunan tol dalam kota.
Selain kehebohan yang muncul dalam pemberitaan media, tak ada sambutan antusias menyahuti gagasan-gagasannya itu. Bahkan dari pimpinan Kota Medan yang merasa lebih berwenang. Gubernur Edy Rahmayadi seperti menjelma menjadi wali kota. Gubernur rasa wali kota.
Berkali-kali atau berulang-ulang menciptakan kehebohan melalui berbagai pernyataannya di hadapan media dan publik, Edy dikategorikan Sutrisno sebagai pemimpin kontroversial.
Lebih ekstrim lagi, dia dituding sebagai pemimpin yang asal bunyi alias asbun. Sengaja pernyataan kontroversial dilontarkan agar menjadi pergunjingan bagi khalayak luas. Sehingga ketenarannya meningkat.
Walau sesungguhnya prestasi atau karya-karya pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat belum satupun diciptakan.