Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Hong Kong. Demonstran antipemerintah di Hong Kong kembali terlibat bentrok, namun kali ini dengan demonstran yang mendukung pemerintah Cina. Personel Kepolisian Hong Kong yang bersenjatakan tongkat pun dikerahkan untuk menangani bentrokan di dalam pusat perbelanjaan di area Kowloon Bay.
Seperti dilansir Reuters, Sabtu (14/9/2019), demonstran pro-Cina yang membawa bendera Cina meneriakkan slogan dukungan untuk polisi seperti 'Dukung polisi' dalam aksinya di sebuah pusat perbelanjaan atau mal setempat.
"Hong Kong adalah Cina," teriak salah satu wanita ke arah pengunjung mal, yang dibalas dengan makian dan dorongan kasar.
Bentrokan ini pecah saat aktivis dan demonstran antipemerintah Hong Kong merencanakan aksi duduk bersama di dalam pusat-pusat perbelanjaan setempat pada Sabtu (14/9/2019) waktu setempat. Sehari sebelumnya, para demonstran menggelar aksi damai dengan membentuk rantai manusia yang membawa banyak lentera di Quarry Bay Park pada Jumat (13/9/2019) malam waktu setempat.
Bentrokan terbaru yang pecah di pusat perbelanjaan di area Kowloon Bay ini meluas ke jalanan di sekitarnya. Massa antipemerintah adu mulut dengan massa pro-Cina. Setiap konfrontasi terekam kamera media massa dan para pejalan kaki yang melintas. Beberapa orang ditahan dalam bentrokan ini.
Para demonstran antipemerintah mengeluhkan apa yang dipandang sebagai campur tangan Cina terhadap sistem hukum di Hong Kong. Dalam aksi Jumat (13/9/2019) malam, demonstran memilih untuk menyanyi bersama, yang sangat drastis dengan bentrokan sarat kekerasan dan diwarnai gas air mata, peluru karet serta meriam air beberapa pekan sebelumnya.
Selain menggelar aksi di pusat perbelanjaan, demonstran antipemerintah juga berkumpul di distrik Central dan di distrik Tin Shui Wai.
"Kita harus tetap turun ke jalanan untuk meminta pemerintah untuk menanggapi lima tuntutan kita, kalau tidak pemerintah akan menganggap kita menerima pencabutan (RUU ekstradisi)," ucap salah satu demonstran bernama Mandy (26) di Tin Shui Wai.
Selain pencabutan RUU ekstradisi, demonstran Hong Kong memiliki empat tuntutan lainnya antara lain penyelidikan independen terhadap taktik kepolisian dalam bentrokan yang memicu korban luka, menuntut pengampunan untuk demonstran yang ditangkap, menghapus penggunaan istilah 'rusuh' untuk menyebut unjuk rasa dan menggelar pemilu yang sepenuhnya demokratis.
Pencabutan RUU ekstradisi yang diumumkan pemimpin Hong Kong, Carrie Lam, pada awal September lalu tidak mampu mengakhiri unjuk rasa besar-besaran. Justru aksi yang awalnya memprotes RUU ekstradisi yang mengizinkan ekstradisi tersangka ke China daratan, kini meluas menjadi seruan reformasi demokrasi. Para demonstran muda di Hong Kong yang ikut serta dalam unjuk rasa, juga mengeluhkan tingginya biaya hidup serta kurangnya kesempatan kerja.(dtc)