Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sontak nama anggota DPRD Sumatera Utara dari Fraksi Partai Gerindra, Pintor Sitorus (56), jadi buah bibir. Tertera di berbagai media pasca demonstrasi ribuan mahasiswa di depan gedung dewan di Jalan Imam Bonjol, Medan, Selasa (24/9/2019).
Pintor, akibat tindakannya memotret "aksi brutal" petugas kepolisian dan intel jadi ikut tertangkap. Dia diseret dari luar gedung dewan dan hendak disatukan di dalam ruangan di mana para mahasiswa sudah lebih dulu ditangkap. Dia sempat dipukuli intel yang menangkapnya.
Upaya Ketua Fraksi Gerindra, Gusmiyadi, dan leraian para petugas satpam (sekuriti) kemudian menghentikan tindakan gegabah intel tersebut. Pemukulan reda dan Pintor batal ditangkap.
Siapakah Pintor sesungguhnya? Dia terpilih menjadi anggota DPRD Sumut periode 2019-2024 pada Pileg lalu. Dari daerah pemilihan Sumut 9 yang meliputi Kabupaten Tapanuli Utara, Humbang Hasundutan, Tapanuli Tengah, Samosir, Toba Samosir dan Kota Sibolga.
Sebelum akhirnya ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sumut sah terpilih menjadi anggota DPRD Sumut beberapa waktu lalu, sempat posisinya terganggu. Karena upaya partai yang memperkarakan perolehan suara Pemilu atau PHPU ke Mahkamah Konstitusi (MK). Khususnya terkait perolehan suara di Humbahas.
Ada koleganya sesama anggota Gerindra yang juga caleg yang tidak terima terhadap perolehan suaranya. Oleh KPU jumlah suaranya dikurangi karena diduga terjadi penggelembungan saat rekapitulasi dilakukan di tingkat kecamatan. Yakni di Dolok Sanggul.
Namun ternyata setelah dilakukan penghitungan ulang, berdasarkan keputusan MK, perolehan suara dimaksud tidak mengalami perubahan. Pintor tidak tergoyahkan menjadi peraih suara terbanyak dari Gerindra, di dapilnya. Dia pun melenggang menjadi anggota legislatif.
Saat kemarin demonstrasi mahasiswa bergelora, medanbisnisdaily.com sempat melihatnya melintas dari sela-sela kerumunan massa. Mengenakan safari lengan panjang berwarna coklat, memakai kacamata dan menyandang tas kecil.
Mungkin karena rasa iba dan kepeduliannya atas tindakan kekerasan yang diderita mahasiswa dia tergerak merekamnya. Hingga jadi korban penangkapan dan pemukulan.