Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Perang dagang antara AS dan Tiongkok diperkirakan akan terus mengalami eskalasi menuju full-blown trade war, di mana seluruh ekspor Tiongkok ke Amerika Serikat (AS) akan dikenakan tarif tambahan. Negara-negara lain juga akan diancam dengan pengenaan tarif dan hambatan teknis non-tarif yang semakin keras, dan akan terus meningkat menuju pemilihan Presiden AS tahun 2020.
Pengenaan tarif dalam konteks perang dagang AS-Tiongkok merupakan disrupsi yang membawa dampak positif dengan memberikan level-playing dan membuka peluang bagi produk ekspor nonmigas Indonesia untuk berkompetisi di pasar AS.
Hasil positif dari review Generalized System of Preferences (GSP) Indonesia juga diharapkan akan memberikan momentum tambahan yang diperlukan bagi perusahaan AS untuk mempertimbangkan relokasi pusat produksi dan mengalihkan perdagangan dengan Indonesia.
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) melihat situasi ini sebagai sesuatu yang dapat dimanfaatkan para eksportir Indonesia. Direktur Eksekutif LPEI, Sinthya Roesly mengungkapkan pihaknya siap mendukung pemerintah untuk perkuat kerja sama ekonomi dengan Amerika Serikat.
"LPEI akan mendukung Kementerian Luar Negeri untuk mempererat kerja sama ekonomi dengan Amerika Serikat yang sudah berjalan selam 70 tahun," kata Sinthya dalam panel diskusi US-Indonesia Regional Discussion Forum di ICE BSD, Tangerang, Jumat (18/10/2019)
Sinthya mengatakan sebelumnya LPEI sudah memberikan pembiayaan maupun penjaminan. Berikutnya LPEI akan memperluas pasar pembiayaan penjaminan kepada perbankan untuk membantu para eksportir meningkatkan transaksi perdagangannya ke Amerika Serikat.
"Ke depan selain meningkatkan yang sudah ada, LPEI akan fokus memperluas pasar pembiayaan itu dengan pembiayaan penjaminan sovereign kepada perbankan," kata Sinthya.
Sinthya menambahkan, perbankan punya kapasitas untuk memberikan pembiayaan kepada para nasabah. Bila perbankan terkena legal lending limit, maka LPEI bisa memberikan penjaminan kepada bank supaya mereka tetap bisa melakukan pembiayaan kepada nasabah-nasabah mereka.
Sebagai Special Mission Vehicles Kementerian Keuangan RI, LPEI telah memulai langkah konkrit untuk mewujudkan hal ini dengan mengadakan Focus Group Discussion (FGD) 'Trade and Investment Opportunity between the United States-Indonesia' pada 30 September 2019 lalu di Kantor Pusat LPEI.
FGD yang mengundang sejumlah Kementerian/Lembaga dan Asosiasi berbagai komoditas menghasilkan berbagai kesimpulan terkait pasar, tenaga kerja, regulasi, dan skema pembiayaan yang tepat dalam rangka peningkatan perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat.
LPEI saat ini juga telah memiliki portofolio pembiayaan kepada nasabah yang memiliki ekspor ke Amerika Serikat dengan nilai pembiayaan mencapai sebesar US$ 453 juta. Portofolio pembiayaan LPEI ke US didominasi oleh komoditi aluminium sebesar 26,7% diikuti oleh kertas dan furniture yang masing-masing diangka 12,6% dan 10,3%.
Pembiayaan ini diberikan baik kepada korporasi maupun UKM. Dalam diskusi dengan tema Regional Discussion yang adalah Towards US$ 60 Billion Trade: 70 Years-Indonesia Diplomatic Relationship, masih besar peluang peningkatan potensi ekspor Indonesia ke Amerika.
Panel diskusi ini juga dilangsungkan sebagai salah satu event memanfaatkan momentum Trade Expo Indonesia ke-34. Pada perhelatan pameran dagang terbesar di Indonesia ini, LPEI juga mengambil peran strategis dengan membawa lebih dari 60 UKM binaanya untuk bertemu dan mendapatkan transaksi dengan para buyer. (dtf)