Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tanah Karo. Beberapa bulan terakhir omset penjualan barang souvenir, pakaian, switer, topi, syal, dan lain sebaginya (cenderamata) pedagang di kawasan Pasar Buah Berastagi, Kabupaten Karo, mengalami penurunan drastis. Tidak sedikit, pengurangan perolehan yang dialami pelaku wisata, mencapai lebih dari 50 persen dari sebelumnya.
“Beberapa bulan terakhir omset penjualan pada hari biasa, hanya berada di kisaran rata-rata Rp 500.000 per harinya. Sebelumnya Rp 1.000.000-2.000.000 per hari. Sekarang di hari Minggu pun, hanya sekitar Rp 2.000.000. Padahal sebelumnya mencapai Rp 3.000.000-Rp 5.000.000,” ujar pedagang Josep Perangin-angin kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (18/10/2019).
Disinggung faktor penyebab berkurangnya angka penjualan, ayah tiga anak ini juga mengaku tidak mengetahui secara detail. Hanya saja dia dan sejumlah pedagang lainnya berasumsi, bahwa perputaran uang di tingkat masyarakat pegunjung (turis lokal Sumut) juga mengalami penurunan. Sehingga berimbas terhadap daya beli.
“Kalau pengunjung tetap lumayan ramai, tetapi yang membeli cenderamata berkurang. Padahal kwalitas barang senantiasa di jaga. Pelayanan terhadap turis kami usahakan semaksimal mungkin. Semboyan pembeli adalah raja tetap dipegang teguh. Tetapi akhir-akhir ini memang sepi penjualan. Apakah perputaran uang di Sumut berkurang, kami juga tidak tau,” ujar Ani pedagang lainnya.
Sementara itu, Plt Kadis Pariwisata Kabupaten Karo, Kasman Sembiring melalui telepon selularnya mengatakan, penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara terpengaruh kebakaran lahan dan hutan (asap). Sehubungan tingkat penurunan daya beli turis lokal Sumut terhadap cenderamata, kemungkinan disebabkan factor kebutuhan yang lain.
“Wisatawan lokal masih menyadari akan pentingnya berwisata. Hanya saja jumlah pengeluaran berbelanja semakin di irit. Banyak hal yang mempengaruhi masalah tersebut. Satu diantaranya, terimbas biaya masuk anak sekolah pada tahun ajaran baru, bulan Juli lalu. Kemungkinan lainnya memang saat ini kondisi keuangan pengunjung tidak sebaik sebelumnya,” ujar Kasman.