Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Presiden Joko Widodo (Jokowi) rencananya akan mengumumkan menteri-menteri yang akan mengisi Kabinet Kerja Jilid II pada Senin (20/10/2019) atau Selasa (21/10/2019). Meski belum diketahui siapa saja yang akan menduduki jabatan menteri, tapi masyarakat umum mulai berekspektasi tinggi pada menteri-menteri yang baru, khususnya di bidang perekonomian.
Lalu apa yang harus dilakukan para menteri kabinet Jokowi untuk bisa membuat ekonomi menggeliat yang pada akhirnya akan mengerek daya beli masyarakat? Apalagi tahun depan, ancaman resesi ekonomi tentu menjadi tantangan tersendiri karena akan mempengaruhi perdagangan luar negeri Indonesia.
Pengamat ekonomi, Vincent Wijaya, mengatakan, tentunya PR Kabinet Kerja Jilid II lebih berat dibandingkan Jilid I. "Ini rujukannya tentu kondisi pelemahan ekonomi global yang hingga kini masih berlanjut. Jadi jika ingin ekonomi Indonesia bisa membaik, harus dicari terobosan baru bagaimana merangsang dunia usaha agar berani ekspansi," katanya, Sabtu (19/10/2019).
Menurut Vincent, terobosan baru ini harus bisa membangkitkan dunia usaha, baik itu investor dalam negeri maupun investor asing. Terobosan seperti apa, itu menjadi PR para menteri khususnya di bidang perekonomian.
Vincent mengatakan, belakangan gairah dunia usaha memang lesu. Bahkan ketika Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuannya, tapi kredit pun tidak tumbuh. Karena itu, harus segera ada 'pendobrak' situasi ini. Baru bisa membantu kalangan menengah bawah. Karena dengan kondisi saat ini, kalangan atas santai-santai saja.
"Jadi melihat menteri-menteri ini bukan personalnya. Tapi harus sesorang yang jujur. Apakah betul-betul bisa menjalankan tugasnya tanpa intervensi politik. Karen kalau menyoal pintar atau tidak, pasti pintar. Tapi masalahnya, bisa tidak menjalankan tugasnya dengan baik," kata Vincent.
Dia menambahkan, pemerintah Jokowi di lima tahun terakhir banyak mengeluarkan kebijakan-kebijakan yang lebih condong ke investasi asing. Tentu itu juga baik. Tapi jika kinerja asing juga sangat tergantung pada kondisi ekonomi global, maka itu kabar buruk bagi ekonomi Indonesia. Karenanya harus ditemukan cara atau terobosan baru untuk menggairahkan kembali dunia usaha.