Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK), emiten produsen cetakan sarung tangan yang bermarkas di Kawasan Industri Medan (KIM) Star Deliserdang Sumatera Utara (Sumut) berhasil meraup laba bersih sebesar Rp 65,49 miliar pada kuartal ketiga tahun 2019. Perolehan laba tersebut meningkat sekitar 11,32 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang meraup laba Rp 58,83 miliar.
Hal itu diungkapkan Presiden Direktur MARK, Ridwan Goh melalui siaran persnya yang diterima medanbisnisdaily.com , Kamis (31/10/2019).
Ridwan mengungkapkan, peningkatan laba komprehensif ini dibarengi dengan peningkatan penjualan perseroan pada kuartal III 2019 yang meningkat sekitar 11,13 persen menjadi Rp 267,21 miliar.
Dia memaparkan, pada periode kuartal III 2019 sekitar 94,02 persen penjualan perseroan merupakan ekspor dan sisanya 5,98% untuk mengisi pasar domestik.
Ridwan juga mengungkapkan, kinerja yang ditorehkan MARK juga erat kaitannya dengan keberhasilan perseroan menjaga efisiensi sekaligus mempertahankan mutu produk sesuai permintaan pelanggan.
Fakta tersebut, kata Ridwan, terlihat dari tercapainya margin laba kotor perseroan sebesar 44,18% dengan nilai sebesar Rp 118,04 miliar. Perolehan itu lebih baik dibanding pencapaian perseroan pada periode yang sama pada tahun 2018 yang menorehkan margin laba kotor sebesar 43,61 persen dengan nilai absolut sebesar Rp 104,85 miliar.
Dampak Perang Dagang
Pada bagian lain Ridwan Goh mengungkapkan, perang dagang yang melibatkan AS kontra Cina membawa berkah bagi industri sarung tangan karet . Sebab kenaikan tarif bea masuk impor yang dikenakan AS kepada produk Cina yang meningkat dari 10% menjadi 25% yang sudah berlaku efektif sejak 1 September 2019. Penaikan bea masuk impor komoditas Tiongkok tersebut membuat industri sarung tangan karet berpotensi menggeser pasar sarung tangan vinyl dan nitrile yang diproduksi oleh Cina yang pada saat ini mengisi sekitar 44% pasar sarung tangan AS.
Untuk diketahui, pada saat ini perusahaan pemasok sarung tangan terbesar secara global yakni Malaysia dengan kontribusi 63% disusul Thailand dengan kontribusi 18 persen, Tiongkok berkontribusi 10 persen dan kontribusi Indonesia baru berkisar 3%.
Perang dagang yang mematok tarif bea masuk tinggi atas produk Cina tersebut akan menggeser peta sumber sarung tangan AS.
"Pemasok sarung tangan AS akan bergeser dari Cina ke Malaysia selaku produsen sarung tangan karet terbesar di dunia. Secara tidak langsung hal.ini menjadi sinyal positif bagi kinerja MARK," sebut Ridwan Goh.
Peningkatan kinerja operasional MARK juga diiringi dengan sudah operasionalnya pabrik baru yang dibangun perseroan di Jalan Utama Dusun I Desa X-A, Tanjungmorawa Deli Serdang yakni sejak Agustus 2019 berkapasitas 80 unit perbulan.
"Pengoperasian pabrik barunini sedikit mengalami keterlambatan dari jadwal semula akibat terhambat proses pengurusan izin yang lebih lama dibandingkan perkiraan manajemen perseroan.
Aset Meningkat
Pertumbuhan kinerja operasional perseroan pada kwatlrtal III tahun 2019 berjalan selaras dengan meningkatnya kinerja keuangan. Yakni total aset MARK pada posisi per 30 September 2019 terdongkrak sekitar 36,09% menjadi Rp432,86 miliar dibandingkan dengan posisi per 31 Desember 2018 sebesar Rp 318,08 miliar.
Aset lancar meningkat 43,53% dengan nilai sebesar Rp 232,73 miliar pada posisi 30 September 2019 dibandingkan per 31 Desember 2018 sebesar Rp 162,14 miliar. Sementara aset tidak lancar meingkat sekitar 28,35% dengan nilai absolut Rp 200,13 miliar pada posisi 30 September 2019 dibandingkan per 31 Desember 2018 yang tercatat sebesar Rp 155,93 miliar.