Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Wasekjen PAN Saleh Partaonan Daulay menilai pendapat Dirut BPJS Kesehatan Fahmi ldris yang membandingkan kenaikan iuran lebih murah dari harga pulsa dinilai terlalu menyederhanakan masalah. Saleh menilai kebutuhan kesehatan dan pulsa tidak sebanding.
"Itu terlalu menyederhanakan masalah. Jangan melihat masyarakat Indonesia hanya di perkotaan. Tapi lihat jugalah mereka yang ada di daerah-daerah terpencil. Jangankan beli pulsa, untuk memenuhi kebutuhan hidup saja mereka masih banyak yang kesulitan," ujar Saleh kepada wartawan, Sabtu (2/11/2019).
Anggota Komisi IX DPR itu menilai kebutuhan kesehatan tidak relevan jika dibandingkan dengan pulsa. Pelayanan kesehatan menurut Saleh adalah kebutuhan primer sedangkan pulsa adalah kebutuhan sekunder bahkan tersier.
"Lagi pula, kebutuhan terhadap pulsa dan kebutuhan terhadap kesehatan sangat tidak sebanding. Kalau tidak bisa beli pulsa, orang masih bisa hidup, bisa tertawa, bisa bekerja, dan bisa beraktivitas. Tetapi, kalau tidak punya akses pada kesehatan, orang bisa susah, bisa miskin, bahkan bisa meninggal. kata Saleh.
"Karena itu, kebutuhan pada pelayanan kesehatan adalah kebutuhan primer, sedangkan kebutuhan pada pulsa adalah kebutuhan yang sangat-sangat sekunder, bahkan tersier," imbuhnya.
Menurut Saleh, pernyataan Fahmi Idris yang meminta masyarakat untuk menabung Rp 2.000 sehari tidaklah bijak. Saleh mengatakan, faktanya masih banyak masyarakat yang tidak berpenghasilan cukup untuk menutupi kebutuhan sehari-harinya.
"Fahmi Idris dinilai tidak bijak jika meminta masyarakat untuk menabung Rp 2.000 setiap hari untuk menutupi iuran BPJS. Sebab, fakta menunjukkan bahwa banyak masyarakat kita yang penghasilannya tidak cukup untuk menutupi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Jangankan menabung, beli beras pun sering sekali kesulitan," jelasnya.(dtc)