Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
HUT ke-55 Partai Golkar di Hotel Sultan Jakarta, Rabu (6/11/2019), tiba-tiba menjadi “panggung humor.” Katika menyapa satu per satu tokoh yang hadir, dan saat tiba giliran Surya Paloh, Ketua Umum Partai NasDem, Presiden Jokowi pun berkelakar dalam pidatonya.
"Bapak Surya Paloh yang kalau kita lihat malam hari ini lebih cerah dari biasanya. Sehabis pertemuan beliau dengan Pak Sohibul Iman di PKS. Wajahnya cerah setelah berangkulan dengan Pak Sohibul," kata Jokowi.
Tak pelak, hadirin pun sontak tertawa. "Saya tidak tahu maknanya, tapi rangkulannya tidak seperti biasa. Tidak pernah saya dirangkul seperti itu," kata Jokowi.
Jokowi bahkan sempat bertanya kepada Paloh terkait alasannya bertemu dengan Sohibul. Dia bertanya karena NasDem masih berada di koalisi, sedangkan PKS di luar koalisi. "Tapi jawabnya lain waktu. Saya tanya dong karena beliau masih di koalisi pemerintah," ucapnya.
Eh, Paloh langsung merespons sindiran Jokowi itu. Dia menilai, Jokowi hanya bercanda dan memiliki selera humor tinggi. "Masa kalian nggak tanggap? Pak Jokowi itu sense of humor yang tinggi, ha-ha-ha...," kata Paloh,
Rangkulan mesra itu terjadi saat Paloh bersama jajaran pimpinan NasDem, Rabu (30/10) lalu bertandang ke Kantor DPP PKS di Jalan TB Simatupang, Jakarta, yang disambut Ketua Umum PKS Sohibul Imam dan kawan-kawan.
He-he, saya kira inilah fenomena baru pasca Pilpres 2019. Tak seperti biasa pada era kampanye penuh dengan saling kritik dan tangkis, kini malah berlumuran dengan humor yang membuat bibir menyunggingkan senyuman.
Kita pun masih ingat betapa Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Umum Edhy Prabowo datang ke Istana Negara, Senin petang (21/10) lalu. Padahal tadinya saling bersaing dalam Pilpres. Prabowo mengaku diminta Jokowi untuk membantu di bidang pertahanan.
Dan benar. Ketika Jokowi mengumumkan nama-nama menteri, Prabowo disebut menjadi Menteri Pertahanan Ada pun Edhy Prabowo menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan.
Seperti ditulis oleh Koran TEMPO, ternyata Prabowo pernah bercerita tentang dua pemimpin Amerika Serikat, Abraham Lincoln dan William Seward saat rapat pimpinan nasional Partai Gerindra di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, Rabu, 16 Oktober lalu.
Harap diketahui bahwa Abraham Lincoln selama hidupnya selalu fight dengan Seward, tokoh yang lebih senior, Eh, ketika Abraham menyatakan ingin bertemu, Seward menolak bertemu. Bahkan menyebut Lincoln sebagai monyet.
Bertahun-tahun kemudian, mereka terus bertarung secara politik hingga Lincoln akhirnya terpilih menjadi presiden.
Setelah terpilih, Abraham ternyata menawari William Seward untuk menjadi Menter Luar Negeri Amerika Serikat.
"Seward akhirnya nanya, lho kamu tahu kan saya benci banget sama kamu. Kenapa kamu menawarkan posisi menteri luar negeri ini kepada saya," ujar Sandiaga Uno, Cawapres pendamping Capres Prabowo menceritakan
Jawaban Lincoln justru mengagetkan. "Iya saya tahu kamu benci sama saya, bilang saya monyet dan saya juga benci banget sama kamu, tapi ada satu hal yang tidak bisa dibantahkan, dua dari kita memiliki kecintaan luar biasa kepada United States of America," kisah Sandiaga.
Tentu saja Paloh tak mungkin seperti Lincoln mengajak PKS masuk ke dalam koalisi parpol pendukung pemerintahan Jokowi. Kewenangan itu hanya dimiliki oleh Jokowi, Dan mustahil terjadi mengingat PKS sudah bertekad bulat menjadi partai oposisi.
Tapi ternyata serupa dengan keinginan Lincoln, seperti ditulis banyak media, Paloh ingin mengajak PKS menjaga demokrasi. Pemerintahan yang sehat memerlukan kritik sepanjang tetap demi mencintai NKRI.
Toh, ada saja yang menganggap bahwa Paloh sedang mempersiapkan strategi politik menjelang Pemilu 2024. Diduga karena dia melihat PDIP sudah berangkulan dengan Gerindra, yang mungkin diangggap juga demi Pemilu 2024. Maklum, kala itu Jokowi tak mungkin lagi mencalonkan diri karena sudah dua periode.
Wah, ini ceritanya kok ngelantur menjadi serius. Meskipun politik itu adalah the art of the possible, seni kemungkinan, tapi saya lebih memilih menikmati sense of humor ala Jokowi itu. Jidat tak berkerut, hati pun happy apalagi seraya menyeruput kopi.
Tapi tunggu dulu. Dalam laut bisa diduga, dalam politik siapa yang tahu.