Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Beragam produk dengan label halal mulai menjamur. Bukan cuma makanan dan minuman, namun pakaian seperti hijab, tas, sepatu, kacamata, bahkan kosmetik dan kulkas dijual dengan label halal. Produk-produk dengan label halal itu diprediksi bakal menguasai pasar.
Lantas, bagaimana dengan nasib produk tanpa label halal?
Menurut pakar pemasaran Yuswohady, industri yang memproduksi produk berbasis Islam ini akan memunculkan segmen baru dalam bisnis, yakni segmen bisnis produk halal. Nantinya, segmen tersebut ada yang bisa menjadi mainstream atau pun tidak. Untuk segmen bisnis produk halal yang mainstream ini berpotensi menggeser produk-produk pesaing tanpa label halal.
"Kalau masalah mengganggu, saya kira muncul segmen baru akhirnya. Tinggal segmen baru ini, segmen muslim ini nanti mainstream atau enggak. Saya kira nggak semua akan mainstream," jelas Yuswohady, Jumat (8/11/2019).
Ia mencontohkan dalam produk kosmetik terdapat satu merek di Indonesia yang sudah mendominasi pasar, bahkan menelan produk-produk lain yang sudah menjadi senior di Indonesia.
"Wardah itu awalnya menang nomor satu di kategori kosmetik halal, tapi sekarang nomor satu di semua kategori mengalahkan Sariayu, Ponds, Mustika Ratu, itu dia nomor satu. Ketika wardah sudah menjadi market leader, dia yang mendominasi. Jadi konsumen Indonesia pakai kosmetik inginnya halal, itu wajar karena konsumen di Indonesia 89% muslim," terangnya.
Lalu, Yuswohady mengungkapkan bahwa saat ini tumbuh bisnis properti berbasis Islam, seperti hotel syariah. Menurutnya bisnis tersebut memang memunculkan segmen baru di bidang properti tetapi tak menjadi mainstream. Artinya, bisnis hotel tanpa 'embel-embel' syariah pun masih terus tumbuh.
"Kalau hotel syariah, I dont think hotel syariah itu akan mainstream. Artinya orang masih cari hotel apa saja. Kan sebenarnya hotel biasa pun kan nggak melawan nilai-nilai islam banget. Kan yang syariah kolam renang pria dan wanita nggak bisa dicampur. Lalu, minuman keras (miras) itu nggak ada. Tapi misalnya orang ke hotel ada miras tetapi dia nggak beli kan sebenarnya masih nggak apa-apa," imbuh dia.
Begitu juga dengan bisnis kulkas halal yang kini mulai bermunculan. Ia menilai, produk tersebut dijual dengan label halal hanyalah gimmick semata, sehingga tak akan menjadi mainstream. Menurut Yuswohady, hal ini menunjukkan bahwa kulkas tanpa label halal pun tetap akan menguasai pasar.
"Mungkin logikanya aneh, memang kulkas untuk menyimpan makanan-makanan halal, tapi unsur halalnya di mana? Kan nggak bisa juga mengubah makanan nggak halal, menjadi halal, itu kan gimmick saja. Nah yang seperti itu saya yakin nggak akan jadi mainstream," pungkas Yuswohady.(dtf)