Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Karya dan kepenyairan NA Hadian yang dijuluki "Presiden Puisi" dari Sumatra Utara (Sumut) disebut dipengaruhi oleh puisi-puisi sufistik Hamzah Fansuri. Nyawa puisinya yang tenang namun garang dengan nilai-nilai filsafat kedirian memperlihatkan bagaimana sikapnya saat bersentuhan dengan realita sosial tetapi dengan penekanan "keakuan" yang kukuh.
Demikian salah satu point yang muncul dalam diskusi buku "Catatan dari Kamar Tua" yang merupakan buku kumpulan puisi NA Hadian. Penerbitan buku ini digagas oleh Komunitas Kata-kata dan sejumlah sastrawan di Sumut. Sedangkan diskusi ini sendiri berlangsung di Gedung Pameran Taman Budaya Sumatra Utara (TBSU) Jalan Perintah Kemerdekaan, Medan, Jumat sore (22/11/2019).
"Saya menikmati puisi-puisinya. Salah satu keunikan puisi NA Hadian adalah ketika ia lepas dari pengaruh pantun lazimnya kebanyakan penyair dari tanah Melayu. Puisinya tidak terikat rima, mungkin karena ia mengutamakan maknanya," ujar Juhendri Chaniago yang menjadi pemantik diskusi.
Secara khusus, sambung Juhendri, puisi-puisi NA Hadian yang singkat cukup memikat. Misalnya puisi "Berita Sunyi" yang hanya 3 baris. Diakui Juhendri, setelah membaca dan memahami roh puisi-puisi yang termuat dalam buku itu, ia sampai kesimpulan bahwa NA Hadian tampaknya berguru pada penyair sufistik Hamzah Fansuri.
Hal itupun dibenarkan sastrawan Idris Pasribu. Idris yang juga wartawan ini mengatakan, NA Hadian adalah seorang penyair yang tidak memiliki tanah air, tidak mempunyai negara namun ia memiliki masyarakat dalam puisi-puisinya.
"Rakyat ada di dalam puisinya, meski ia adalah penyair yang tidak bertanah air," kata Idris.