Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Virus hog kolera menjangkiti ternak babi di belasan daerah di Sumatra Utara dalam 3 bulan terakhir ini. Bahkan sampai saat ini, penularan hog kolera itu belum bisa dikendalikan.
Tidak hanya peternakan masyarakat, ternyata peternakan babi sekelas perusahaan juga kena imbasnya, seperti yang dialami PT Allegrindo Nusantara di Simalungun. Omzet mereka merosot tajam hingga 80%.
Head of Farm PT Allegrindo Nusantara, Sugianto, mengatakan bukan karena ternak babi milik mereka yang terkena hog kolera, tetapi penurunan omzet itu imbas dari munculnya kekhawatiran masyarakat, (masyarakat pengonsumsi non halal), mengonsumsi daging babi.
"Omzet kami turun drastis antara 70 persen sampai 80 persen karena maraknya hog kolera di Sumut. Tapi wabah tersebut hingga tidak menulari ternak babi kami," ujar Sugianto menjawab wartawan usai menginisiasi kegiatan sosialisasi/penyuluhan pencegahan kolera babi di Kantor Kecamatan Purba, Kabupaten Simalungun, Rabu (27/11/2019).
Masifnya peredaran hog kolera dinilai pihaknya turut menurunkan selera masyarakat mengonsumsi daging babi. Padahal sebenarnya belum ada sejauh ini hasil ilmiah akademis para pakar kesehatan yang menemukan terjangkitnya hog kolera bagi manusia yang mengonsumsi babi yang terkena hog kolera.
Mengutip pernyataan Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi, dari di media-media, lanjut Sugianto, juga menegaskan tidak ada penularan virus hog kolera kepada manusia maupun pada hewan termasuk ikan, kecuali antar ternak babi itu sendiri.
"Dan memang lingkungan peternakan kami sampai saat ini steril dari hog kolera. Karena memang dari dulu menerapkan bio security dan vaksinasi secara ketat. Namun adanya informasi yang intens soal wabah kolera babi ini, membuat kondisi penjualan kami ikut menurun drastis," ungkapnya.
Terlepas dari sisi kepentingan bisnis Allegrindo, lanjut Sugianto, namun pihaknya mengajak dan mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk bekerja sama mencari solusi mengendalikan hog kolera. Sebab peternakan babi masyarakat juga ikut merugi karena hog kolera itu.
Disebutkannya Allegrindo siap menjadi bagian dari pihak yang mengampanyekan bahwa daging babi aman dikonsumsi manusia. "Sehingga juga tidak ada ketakutan di masyarakat memakan daging babi bisa terjangkit wabah kolera. Kami pikir semua pihak terkait perlu secara bersama-sama mengampanyekan hal ini, dan kami siap untuk itu. Kami prihatin atas kejadian ini, semoga Kecamatan Purba Simalungun tidak ikut terjangkit makanya penting kita lakukan sosialisasi ke peternak sebagai langkah preventif," ujar Sugianto.
Sementara pada kegiatan penyuluhan terungkap bahwa sebanyak 33 ekor dari total populasi ternak babi di Simalungun yaitu sekitar 134.000 ekor, sudah terserang hog kolera. Namun khusus di Kecamatan Purba, kolera babi belum ada tanda-tanda terpapar. Tercatat sementara sampai 22 November 2019 bahwa babi mati 33 ekor masih terjadi di Kecamatan Pematang Raya.
"Kami juga sudah mengeluarkan surat edaran bahwa daging babi yang dikonsumsi walaupun sudah terjangkit kolera aman dimakan masyarakat. Jadi tidak perlu khawatir," kata Kadis Ketahanan Pangan, Perikanan dan Peternakan Simalungun, Pardomuan A Sijabat.
Selain itu pihaknya juga segera mendirikan posko pada enam titik terutama pada wilayah-wilayah perbatasan, yang bertujuan meminimalisir perdagangan dan lalu lintas babi dari luar Simalungun. Hal ini merupakan bagian dari tindak lanjut instruksi Gubernur Sumut, Edy Rahmayadi.
"Pertama dititik kedatangan dari Dairi dan Tanah Karo. Kemudian dari jalan Medan, lalu dari Asahan yaitu Jalan Jawa, juga dari Perdagangan serta dari Girsang. Artinya kita rencanakan di kabupaten-kabupaten sekitar kita," katanya.
Upaya lain yang pihaknya lakukan, meskipun di kecamatan lain masih negatif kolera babi, dengan menyemprotkan disinfektan ke kandang-kandang ternak. Utamanya di kecamatan dengan potensi ternak paling dominan. "Termasuk Kecamatan Pematang Raya dan Pane," katanya.
Di bagian lain, para peternak mengaku kian sulit kehidupan ekonominya pasca wabah kolera babi menyerang ternak mereka. Bahkan diantaranya mengungkapkan mulai sulit membayar uang sekolah anak, karena diperkirakan alami kerugian akibat hewan ternaknya mati.
"Ini yang dikhawatirkan apabila wabah kolera babi semakin meluas terjadi di Simalungun. Mudah-mudahan di kecamatan kita tidak terjangkit seperti kecamatan lain. Karena seperti yang di (kecamatan) Raya itu, peternak di sana sudah rugi akibat kematian hewan ternaknya, dan mengaku kalau anaknya bisa putus sekolah karena kejadian ini. Itu bisa saja jika terus merugi, lantas dari mana bayar uang sekolah anak. Sementara dari situ pula pencaharian rakyat," ungkap Camat Purba, Lince Hotmaida.
Pihaknya mengapresiasi dengan dipilihnya kecamatan mereka sebagai lokasi penyuluhan oleh PT Allegrindo Nusantara. Dia berharap melalui sosialisasi itu peternak menjadi lebih paham akan pencegahan kolera babi. Disamping itu pihaknya siap bersama stakeholder terkait melaksanakan demo makan daging babi guna meyakinkan masyarakat tidak takut memakan daging babi.
"Seperti halnya wisata kuliner babi yang dilaksanakan Pemkab Karo, 1 Desember 2019. Dalam kegiatan itu kami berharap ada dukungan PT Allegrindo untuk membuat acara serupa bersama-sama masyarakat. Sehingga tidak ada lagi ketakutan-ketakutan masyarakat mengonsumsi daging babi," katanya.