Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Selain dari bangkai babi mati terserang virus penyakit hog kolera yang dibuang ke sungai dan ke sembarang tempat lainnya, ternyata penyebaran hog kolera juga bisa dari kotoran manusia.
Namun Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut, Azhar Harahap mengatakan, tidak semua kotoran manusia menyebar hog kolera.
Namun yang dimaksudkan adalah kotoran yang muncul dari proses, dimana seorang manusia itu mengonsumsi daging babi yang mati karena terserang hog kolera.
"Dan kotoran yang bisa menyebar penyakit hog kolera ini adalah hanya yang terbuang di sungai dan di tempat atau lahan terbuka. Jadi melalui air dan angin kemudian menyebar," sebut Azhar, Jumat (29/11/2019).
Di dalam kotoran dari manusia yang mengonsumsi daging babi berpenyakit hog kolera, jelas Azhar lebih lanjut, virus hog kolera bisa hidup hingga 140 hari. Oleh karena itu, Azhar menghimbau agar masyarakat membuang kotorannya pada tempat yang semestinya.
Ditambahkannya lagi, dari manusia penyebaran virus hog kolera juga bisa terjadi. Dijelaskannya orang yang dekat dengan lingkaran wabah hog kolera, juga menjadi salah satu media persebaran hog kolera. "Itu melalui hembusan angin," jelasnya.
Hingga saat ini, ujar Azhar Harahap, sudah 14.000 ekor ternak babi yang mati di Sumut karena terserang virus penyakit hog kolera. Jumlah itu diperkirakan masih akan bertambah lagi.
Dia mengatakan pertambahan ternak babi yang mati, semakin sulit dicegah karena sampai saat ini tidak ada obat yang menjinakkan hog kolera babi.
Begitu pun, Tim Unit Reaksi Cepat (URC) Pengendalian Hog Kolera Babi Pemprov Sumut bersama bersama Pemkab dan Pemko serta instansi terkait lainnya, terus melakukan upaya-upaya pengendalian.
Misalnya dengan mencegah dan melarang tegas membuang bangkai babi yang mati karena hog kolera dibuang ke sembarang tempat, seperti ke sungai, pinggir jalan dan lahan kosong.