Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Dalam mengembangkan kepariwisataan di Kawasan Danau Toba (KDT), Gerakan Mahasiswa Parapat-Ajibata (Gempar) dan Aliansi Mahasiswa Peduli Danau Toba (AMPDT) berharap, Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) memahami sosial antropologis masyarakat di KDT. Hal itu penting, sehingga selain memudahkan kerjanya, kehadiran BPODT tidak bertentangan dengan nilai-nilai yang sudah ada sebelumnya di KDT.
Demikian salah satu poin dalam diskusi "Tiga Tahun di Toba, Apa Kabar BPODT". Diskusi berlangsung di Literacy Cofffee, Jalan Jati II No 1 Teladan Timur, Medan, Minggu malam (2/12/2019).
Ketua Gempar, Rico Nainggolan mengatakan, mengembangkan KDT harus mengedepankan aspek manusianya. Hal inilah yang belum terlihat dilakukan BPODT. "Jadi bukan soal infrasturktur, tapi yang penting bagaimana mengembangkan SDM yang ada di KDT," jelas Rico.
Sementara, salah seorang pemantik diskusi lainnya, yang juga pengurus pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Parno Mahulae, mengkritik BPODT yang ia dinilai kurang transparan.
"Kehadiran BPODT sudah 3 tahun tapi belum terasa manfaatnya. Saya kira harus dievaluasi dan orang-orangnya harus diganti dengan mereka yang benar-benar paham, terutama dari sisi antropologis," kata Parno.
Mantan anggota DPRD Sumut, Richard Sidabutar menjelaskan, ada lima kelemahan dalam pengembangan pariwisata Danau Toba yaitu, pengetahuan tentang kepariwisataan yang masih kurang, kesiapan destinasi menerima wisatawan. Promosi kurang maksimal, peranan para pelaku pariwisata kurang maksimal dan yang terakhir adalah lemahnya koordinasi antar lembaga untuk mengembangkan Danau Toba
Ditambahkannya, kewenangan mengevaluasi BPODT ada di Kementeriaan Pariwisata dan kurang elok jika diskusi membicarakan sesuatu hal yang orangnya tidak hadir.
Gempar yang menginisiasi diskusi ini mengaku sudah berupaya menghadirkan pihak BPODT namun mereka belum bisa hadir karena berbagai hal. "Kami sudah koordinasi, tapi mereka belum bisa hadir," kata Riko.