Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Gejolak ekonomi dunia telah berdampak pada beberapa negara. Bahkan ada beberapa negara yang menunjukkan tanda-tanda resesi, tapi tidak dengan Indonesia. Hebat atau beruntung?
Menteri Keuangan Indonesia era Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Muhammad Chatib Basri, menjelaskan saat ini hal yang paling besar mempengaruhi adanya suatu resesi adalah perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Apa lagi perselisihan kedua negara ekonomi jumbo itu sudah berlangsung cukup lama.
"Jadi yang paling bahaya itu trade war, risikonya paling besar. Pertanyaannya Indonesia masuk kriteria negara mana?" ujarnya acara Economic Outlook di Gedung BEI, Jakarta, Selasa (10/12/2019).
Indonesia, kata Chatib, masuk dalam kategori negara ekspansi dalam hal perdagangan dunia. Itu artinya rasio perdagangan internasional terhadap PDB Indonesia sangat kecil.
"Itu menarik, jadi relatif baik. Cara terbaik menghindari perceraian adalah tidak menikah. Cara terbaik menghindari gejolak global adalah tidak ikut dalam share trade," terangnya.
Menurut catatannya rasio perdagangan internasional terhadap PDB Indonesia hanya sekitar 30%. Itu artinya dampak dari gonjang-ganjing perdagangan dunia terhadap ekonomi Indonesia hanya 30%. Berbeda dengan Singapura yang bisa beberapa kali lipat dari ekonominya.
Kondisi ini juga terlihat dari gonjang-ganjing ekonomi dunia sebelumnya. Indonesia masih relatif bertahan dibanding negara lain.
Akan tetapi kondisi ini bukan berarti patut disyukuri. Menurut Chatib Indonesia hanya terbilang beruntung.
"Indonesia hanya dua good policy response dan good luck. Tapi kita gak boleh terus-terusan bergantung pada luck, karena ada habisnya," tutupnya.
Chatib memprediksi ekonomi Indonesia tahun depan masih positif yakni sekitar 5%. Inflasi juga dia percaya masih relatif terjaga.(dtf)