Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Setelah pada perdagangan pekan lalu harga minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) sempat melampaui level RM 2.800/metrik ton. Saat ini harga CPO sudah mendekati level RM 2.900/metrik ton, tepatnya RM 2.891/metrik ton. Harga CPO memang terus mencatatkan tren positif karena pada medio September 2019, harganya masih sekitar RM 2.562/metrik ton, lalu naik ke RM 2.695-RM 2.700/metrik ton, hingga saat ini mendekati RM 2.900/metrik ton.
Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan, ada banyak faktor yang mempengaruhi kenaikan harga CPO dunia saat ini. Dan semua faktor tersebut sangat mendukung kenaikan harga.
"Pelaku pasar masih sangat optimis bahwa pemerintah Indonesia akan menyerap lebih banyak CPO untuk campuran biodiesel karena sudah memberlakukan B30. Sementara Malaysia akan menyerap sekitar 20%, atau B20. Konsumsi CPO untuk memenuhi kebutuhan domestik tersebut memicu ekspektasi bahwa persediaan CPO ke depan akan lebih banyak tersalurkan untuk kebutuhan dalam negeri yang sangat potensial mengurangi persediaan," katanya, Selasa (10/12/2019).
Sentimen konsumsi sawit domestik tersebut mengimbangi langkah Uni Eropa yang tidak menggunakan sawit setidaknya sampai 2030. Selanjutnya, perang dagang antara Malaysia dan India dimana dukungan masyarakat India untuk memboikot produk Malaysia belakangan kian menguat. Hal ini turut memicu kenaikan harga CPO hingga saat ini. Meskipun tidak ada yang bisa memperkirakan sampai kapan perang dagang India-Malaysia ini akan berakhir.
Sentimen selanjutnya adalah adanya optimisme bahwa perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan Cina juga akan mereda di pekan ini. "Hal ini memicu ekspektasi bahwa hubungan dagang yang membaik akan menjadi kabar baik bagi sawit nasional. Permintaan sawit diperkirakan akan mengalami pemulihan," kata Gunawan.
Sentimen meroketnya sawit belakangan juga datang dari stok CPO yang mengalami penurunan. Meksipun sentimen fundamental seperti ini kerap tidak bertahan lama. Selalu saja ada masa-nya sawit akan kembali memasuki musim panen raya, yang tetap saja mendongkrak sisi persediaan nantinya.
Belakangan ini, terjadi kenaikan harga minyak mentah dunia seiring dengan langkah serius OPEC yang akan menurunkan produksinya. Kebijakan tersebut bisa jadi menjadi titik awal kenaikan harga komoditas dunia termasuk sawit.
"Namun, sentimen-sentimen yang tidak mampu bertahan lama perlu juga kita pertimbangkan. Karena sentiment tersebut bisa merubah harga keekonomian CPO kapan saja. Sehingga natina baru akan memuculkan harga keekonomian sawit sebenarnya," kata Gunawan.