Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pada Rabu (18/12), DPR Amerika Serikat atau The House of Representatives memakzulkan Presiden Donald Trump. Peristiwa ini mengulang sejarah persis 21 tahun lalu, yakni 19 Desember 1999, saat Presiden Bill Clinton diminta melepas jabatannya.
Kisah pemakzulan Clinton berawal dari skandal seks dengan karyawan magang di Gedung Putih, Monica Lewinsky tiga tahun sebelumnya. Belakangan Lewinsky yang saat itu berusia 21 tahun mengaku ada sembilan kali kontak seksual selama rentang waktu 1,5 tahun.
Pada April 1996, Lewinsky dipindahkan ke Pentagon. Atasannya di Gedung Putih merasa perempuan muda asal California itu terlalu dekat dengan Presiden. Di Pentagon, Lewinsky ditempatkan sebagai asisten Kepala Juru bicara Pentagon Kenneth Bacon.
Di kantor barunya itu Lewinsky curhat soal hubungan khusus itu dengan orang nomor satu di Amerika Serikat pada rekan kerjanya Linda Tripp. Tripp lalu menceritakan kisah itu pada seorang agen penulis bernama Lucianne Goldberg. Goldberg menyarankan Tripp agar merekam diam-diam pengakuan Lewinsky.
Tak hanya itu, Tripp yang juga pernah bekerja di Gedung Putih membujuk Lewinsky agar menyimpan hadiah yang diberikan Clinton dan tidak membersihkan noda sperma yang melekat pada gaun birunya. Kursi clinton mulai "panas" saat muncul tuduhan tindakan pelecehan seksual oleh Clinton pada Agustus 1997.
Saat itu Newsweek memuat pernyataan Tripp yang mengaku pernah bertemu Kathleen Willey, mantan relawan di Gedung Putih buru-buru keluar dari ruang kerja Clinton dalam kondisi wajah merah dan lipstik berantakan di tahun 1993. Saat itu Willey mengaku Clinton berusaha menggerayangi dirinya.
Clinton melalui kuasa hukumnya seperti yang dikutip dari Newsweek membantah berita itu dengan menyebut, "Linda Tripp tidak bisa dipercaya." Ini merupakan tuduhan pelecehan kedua pada Clinton setelah sebelumnya Paula Jones mengaku diperlakukan tidak senonoh saat Clinton menjabat Gubernur Arkansas.
Situasi bertambah buruk bagi Clinton saat Tripp menyerahkan rekaman pada Kenneth Star, Konsil Independen di Departemen Kehakiman dengan imbalan kekebalan hukum di awal tahun 1998. Tripp juga memberitahu ada bukti lain berupa gaun yang terkena cairan sperma Clinton.
Beberapa hari setelah ceritanya menyebar, Clinton secara terbuka membantah tuduhan itu dalam taklimat media di Gedung Putih. Didampingi istrinya Hillary, Clinton mengatakan, "Saya tidak memiliki hubungan seksual dengan wanita itu, Miss Lewinsky."
Kasus itu terus bergulir, Agustus 1998 Lewinsky muncul di depan dewan juri untuk memulai kesaksiannya. Beberapa hari kemudian Presiden Clinton memberi testimoni di depan juri. Dia mengaku telah terjadi "hubungan fisik yang tidak semestinya" dengan Lewinsky.
Starr lalu menyerahkan laporan hasil investigasinya pada DPR. Starr pun menguraikan kasus untuk memakzulkan Clinton atas 11 alasan, termasuk sumpah palsu dan menyalahgunakan kekuasaan.
Pada 8 Oktober, DPR mengesahkan penyelidikan pemakzulan yang luas, dan pada 11 Desember, Komite Kehakiman DPR menyetujui tiga pasal pemakzulan. Pada 19 Desember, DPR akhirnya memakzulkan Clinton dari jabatannya. Saat itu, Clinton merupakan Presiden Amerika Serikat kedua yang dimakzulkan setelah Andrew Johnson. Sebulan kemudian tahun selanjutnya, Senat memproses pemakzulan itu.(dtc)