Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Tanah Karo. Dataran tinggi Karo yang selama ini dikenal dengan hasil komoditi hortikulturanya, ternyata kini memiliki potensi tanaman baru di kawasan yang belum lazim, durian (durio zibethinus) misalnya. Pengembangan durian unggul, ternyata dapat menghasilkan rupiah dengan nilai yang cukup fantastis.
Seorang petani jeruk yang bosan dengan serangan hama, terutama lalat buah. Enam tahun silam bereksperimen melakukan penanaman beberapa jenis durian unggul, di kawasan yang sebelumnya belum pernah dijadikan sebagai areal penanaman massal. Apalagi lokasi penanaman tidak dikenal sebagai area penghasil durian di Kabupaten Karo.
“Menanam durian unggul, awalnya coba-coba saja. Karena jenuh dengan serangan hama jeruk dan harga pasar yang tidak menentu. Bahkan pernah beberapa kali mengalami gagal panen”, ujar Arnold P Napitupulu kepada medanbisnisdaily.com ketika ditemui di perladangannya Takaro Farm, di Desa Guru Benua, Kecamatan Munte, Kabupaten Karo, Senin (23/12/2019).
Menurut ayah satu anak ini, hasrat menanam durian unggul bermula dari sebatang pohon durian besar diladang yang dia beli beberapa tahun silam itu, tidak pernah berbuah. Merasa penasaran, ia mencoba memberikan pemupukan. Hasilnya, beberapa bulan kemudian durian kampung itu ternyata berbuah dan memiliki rasa yang cukup enak.
“Setelah memakan buah durian itu, saya berasumsi bahwa kawasan Desa Guru Benua ini, cocok untuk pengembangan durian dengan budidaya yang baik dan benar. Terlebih ketika masa itu, serangan lalat buah cukup ganas dan harga jeruk lumayan murah. Mulailah saya berpikir untuk mengembangkan durian unggul. Jika menanam durian kampung, maka akan lama menunggu”, beber Arnold.
Pasca itu, Arnold mulai belajar dan mencari tahu jenis-jenis durian yang banyak diminati pasar. Sambil berlibur ke negara jiran, dirinya sering mengunjungi lokasi durian petik sendiri. Dari sanalah Arnold membawa sejumlah bibit durian unggul jenis musang king, kani, ochee, dan beberapa jenis lainnya. Sampai saat ini, durian unggul yang telah ditanam berjumlah 700 pohon di dua areal.
“Durian saya bervariasi, umur 2 tahun, 4, 5, dan 6. Produksi menggembirakan mulai 6 tahun. Jika dihitung, perbatang menghasilkan 100 kilogram per tahunnya. Saat ini ada 200 batang yang berusia 6 tahun. 100 Kg X 200 batang X 25.000/Kg (harga jual timbang diladang) = Rp 500.000.000/tahun. Biaya perawatan maksimal 40 persen. Jadi ada sisa Rp 300.000.000 untuk kita”, paparnya tersenyum.
Sesuai keterangan Arnold, durian unggul jenis musang king, kani, dan ochee, cocok dibudidayakan di kawasan 1.300 Mdpl ke bawah. Jadi bagi petani yang berminat untuk mencoba varietas baru, menantu Takaro (TKR) mantan salah satu perintis pengirim jeruk ke pulau Jawa ini, menyarankan untuk mencoba. Hanya saja dia berpesan, agar penanam memperhatikan kualitas bibit.
“Jangan merasa sayang membeli bibit berkualitas, apalagi sampai menanam bibit “KW”, nanti menyesal. Sebenarnya tidak lama menunggu, 4 tahun sudah dapat berproduksi. Jika tiga tahun dijadikan batang belum sanggup menahan buah, nanti banyak dahan yang patah. Perawatan ringan, hanya pemupukan teratur dan penyemprotan fungisida ketika berbunga, terkhusus musim hujan,” ujar Arnold.