Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Sebelum orang Batak (Toba) menggunakan kalender (penanggalan) Masehi, tahun baru di Batak memiliki konteks yang berbeda dari seperti sekarang ini. Tahun baru yang sebagian menyamakannya dengan Sipaha Sada (bulan pertama) itu terkait dengan ritus tani, yakni bulan awal setelah upacara mangase taon. Mangase taon sendiri adalah ruwatan alam sebagai ritual mengucap syukur atas panen yang melimpah. Waktunya bisa berbeda di sejumlah tempat.
"Sipaha Sada dalam kalender Batak merupakan bulan awal setelah upacara mangase taon. (Sebenarnya) ada 3 jenis taon bagi Batak Toba; taon bolon, taon eme, dan taon jagung," kata budayawan Batak Thompson Hs kepada medanbisnisdaily.com, Senin (6/01/2020)
Mangase taon, lanjut Thompson, sudah pasti terkait dengan siklus tahunan di luar taon eme dan taon jagung. Pelaksanaannya cenderung akhir atau awal tahun. Tapi bisa juga karena dilatari suatu bencana. Namun bulan Sipaha Sada juga memiliki variasinya ke luar Batak Toba, apakah itu dimaknai sebagai awal tahun baru atau hanya putaran siklus tahunan.
"Di Parmalim (penganut agama Batak-red) terutama di Hutatinggi Laguboti, Sipaha Sada menjadi perayaan Tuhan Simarimbulu Bosi. Jadi konteksnya sudah tersendiri. Sehingga apa yang disebut Sipaha Sada di luar Parmalim termaknai dengan Bona Taon dan rujukan kalendernya pun ke kalender Masehi," jelas Thompson.
Tambahan informasi, dalam beberapa refrensi disebut, saat mangase taon biasanya juga dikorbankan hewan kurban berupa kerbau yang ditandai dengan ritus mangalahat horbo. Kerbau dipotong dan dimasak untuk dimakan bersama-sama.