Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Jepang baru saja dinobatkan sebagai negara dengan paspor terkuat. Lantas apa yang membuat paspor Negeri Sakura ini amat 'sakti'?
Henley Passport Index, lembaga pemeringkat kekuatan paspor dunia, pada 7 Januari 2020 lalu menetapkan Jepang sebagai pemilik paspor terkuat di dunia. Jepang dinobatkan jadi yang terkuat karena menawarkan bebas visa ke 191 negara.
Lalu mengapa paspor Jepang bisa sangat kuat?
Ada sejumlah alasan yang membuat paspor Jepang diakui sebagai yang terkuat di dunia. Hal ini tak cuma sebatas banyaknya negara yang bisa dikunjungi orang Jepang tanpa visa, tetapi juga menyangkut situasi politik, ekonomi, dan budaya Jepang.
Dilansir dari Independent Online, Senin (13/1/2020) peneliti ilmu politik dari Syracuse University dan University of Pittsburgh menemukan adanya korelasi positif antara kebebasan bepergian (travel freedom) dan kebebasan lainnya seperti ekonomi, politik, dan kebebasan individu.
"Ada korelasi nyata antara bebas visa dan kebebasan investasi," kata pengamat bernama Ugur Altundal dan Omer Zarpli itu sebagaimana diwartakan Independent Online.
"Mirip dengan perdagangan bebas, negara yang memiliki peringkat tinggi di bidang investasi umumnya memiliki paspor yang lebih kuat," ujar mereka.
Hal ini sesuai dengan fakta bahwa Jepang merupakan negara maju dengan kondisi ekonomi baik. Selain itu, Jepang juga secara rutin berinvestasi dan memberikan bantuan keuangan sejak tahun 70-an ke berbagai negara.
Untuk kondisi ekonomi dalam negeri sendiri, pengamat menjelaskan bahwa Jepang menduduki peringkat tinggi di bidang investasi yang ditandai dengan lingkungan ramah bisnis. Sejumlah faktor ini akhirnya mendorong paspor Jepang menjadi kuat.
Selain dari sisi ekonomi, dari segi budaya, masyarakat Jepang bukanlah masyarakat yang amat gemar bepergian jauh. Menurut Nikkei Asian Review, sebenarnya hanya 23 persen penduduk Jepang yang memiliki paspor. Jumlah ini bahkan merupakan yang terendah di antara negara yang tergabung dalam G7 lainnya seperti Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Inggris, Amerika Serikat, dan Uni Eropa.
Orang-orang Jepang lebih suka menetap di negaranya sendiri. Hal ini juga dipengaruhi populasi Jepang yang didominasi penduduk usia tua.
Jika traveling ke luar negeri, orang Jepang umumnya juga lebih memilih melancong ke negara yang dekat dengan negaranya. Misalnya ke Korea Selatan, Taiwan, Hong Kong, atau Makau. Mereka punya kekhawatiran tersendiri ketika hendak tinggal di negara lain, salah satunya terkait dengan potensi menjadi korban kriminalitas di suatu negara.
Dilansir dari Quartz, Senin (13/1/2020) seorang ahli imigrasi bernama Xiaochen Su pernah menulis untuk Japan Times pada Maret 2019 lalu mengenai kondisi tersebut.
Dalam tulisannya itu, ia menjelaskan mengenai buku panduan wisata dengan penjualan terbaik selama 35 tahun berjudul Chikyu no arukikata. Buku itu membahas mengenai berbagai potensi kejahatan di sebuah destinasi wisata sehingga orang Jepang memandang negara lain lebih berbahaya secara signifikan dibandingkan Jepang.
Kekhawatiran ini cukup beralasan, mengingat Jepang merupakan salah satu negara teraman di dunia. Kota Tokyo dan Osaka juga selalu menempati peringkat tertinggi sebagai kota teraman.
Dari sejumlah alasan tersebut, negara-negara lain bisa percaya bahwa probabilitas masyarakat Jepang akan menetap di suatu negara secara ilegal itu kecil. Di sisi lain, hubungan diplomatik Jepang yang baik dengan berbagai negara termasuk negara Muslim juga mendorong kepercayaan banyak negara memberikan visa gratis untuk orang Jepang.
Setiap negara sebenarnya memiliki potensi yang sama untuk bisa punya paspor kuat. Nah, bila kita berkaca pada Jepang, dengan ekonomi kuat, politik stabil, serta budaya masyarakat mapan akan membuat negara itu semakin dipercaya dunia internasional sehingga paspor dengan sendirinya akan makin 'sakti'.(dtt)