Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Menjelaskan kepada medanbisnisdaily.com, Minggu (26/1/2020), salah seorang panitia Open House perayaan Imlek 2571 oleh anggota DPR RI, Sofyan Tan, yakni Daniel menyebutkan aneka makanan yang disajikan diperuntukkan bagi 5.000 orang tamu.
Open house digelar di pekarangan sekolah Yayasan Sultan Iskandar Muda yang tak lain pemiliknya adalah Sofyan Tan. Di kawasan Sunggal.
Terlihat makanan berciri lokal ditempatkan di meja panjang yang diletakkan terpisah di tempat-tempat terpisah. Sepertinya pihak panitia berusaha menghindari antrian panjang warga yang berdatangan dari aneka penjuru di Kota Medan.
Makanan nasi campur dengan lauk yang terdiri atas tauco, ayam goreng dan keripik ubi plus kacang, diposisikan di tiga titik terpisah. Diantaranya ada sajian martabak telur, bakso serta sate padang. Masing-masing dikawal sejumlah panitia yang melayani dan juga meracik.
BACA JUGA: Ribuan Warga Hadiri Open House Imlek Anggota DPR RI Sofyan Tan
Diawali pada pukul 12.00 WIB, hingga pukul 15.00 WIB, tampak warga yang datang langsung mengantri di setiap meja makanan. Mulai dari nasi campur, sate, bakso dan martabak telor, tak satupun yang tidak dijubeli tamu, mengantri giliran dapat makanan.
Akibatnya antrian panjang tidak terhindari. Mulai dari pintu masuk menuju lokasi open house hingga mendekati panggung tempat sesi berfoto, antrian merata terjadi.
"Sebanyak apapun tamu yang datang pukul 15.00 WIB acara ini harus sudah selesai," ungkap Daniel yang juga guru di Yayasan Sultan Iskandar Muda.
Akan tetapi karena tak ingin mengecewakan para tamu yang terus berdatangan, hingga lewat 30 menit dari jadwal tersebut, masih juga ada warga yang datang. Karena penganan sate, bakso dan martabak telor yang telah lebih dulu ludes, mereka cuma kebagian nasi campur.
Namun rupanya tak cuma meja makanan yang penuh antrian warga. Sesi foto juga. Panitia terpaksa melayani walau harus kewalahan. Warga sangat antusias karena hasil fotonya langsung dicetak sesaat setelah sesi foto dengan Sofyan Tan dan istrinya usai.
Guna mensiasati keriuhan berfoto akibat saling berebutan, setiap tamu (perorangan atau berkelompok) diberi nomor antrian. Sesi foto dibuat bergiliran sesuai nomor antri. Jelang pukul 15.00 WIB sesi foto baru memasuki nomor antri 170. Padahal nomor yang dibagikan lebih dari 200.
"Susah bang, apalagi saat mencetak fotonya. Masak ada rombongan yang terdiri atas 8 atau lebih dari 10 minta dirinya dicetak satu untuk setiap orang, kami jadi kewalahan," ujar salah seorang petugas foto.
Sofyan Tan yang ditanya soal situasi tersebut menyatakan kalau hal tersebut merupakan bukti bahwa di Kota Medan tidak ada warga yang membeda-bedakan suku, agama atau yang lainnya. Sama seperti para pendiri bangsa yang mengajarkan gotong royong.
"Makanan yang disajikan disini juga merupakan khas lokal, seperti, mi jawa. Diracik dengan rempah-rempah lokal. Makanan setempat yang disajikan disini saja sudah menunjukkan keberagaman," terang Sofyan.