Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Anggota Komisi B DPRD Sumatera Utara, Sugianto Makmur (PDI Perjuangan), mengkritik dwelling time (waktu timbun batang sejak bongkar sampai diangkut kembali) di Pelabuhan Belawan yang tidak efisien. Cukup panjang, yakni lima hari. Berpotensi besar merugikan pelaku usaha ekspor impor.
"Di pelabuhan di Singapura dwelling time-nya cuma satu hari, di Malaysia cukup dua hari, di Belawan kok sampai lima hari. Sangat tidak efisien," ujar Sugianto menyampaikan kritiknya pada rapat dengar pendapat dengan PT Pelindo I, di gedung dewan, Jalan Imam Bonjol, Medan, Kamis (30/1/2020).
Dia menduga terdapat sejumlah persoalan yang harus dibereskan dalam hal pelayanan di Belawan. Seperti, crane atau alat berat yang lambat, biaya tandu kapal yang mahal, sistem pelayanan pembayaran yang belum 24 jam dan lainnya.
Terhadap kritik tersebut, Direktur Operasional dan Komersil Pelindo I, Syahputera Sembiring, yang hadir di RDP dengan sejumlah tim manajemen lainnya berusaha berkelit. Katanya, sudah satu tahun terakhir dwelling time oleh Pelindo I membaik di Belawan. Hanya 3-5 hari, sebelumnya 7-9 hari.
Ungkapnya, perbaikan dwelling time selain melibatkan Pelindo juga pihak lain. Seperti, Syahbandar dan Bea Cukai. Kondisi kapal pengusaha Indonesia yang tidak sedikit "danga-danga" (tidak sempurna baik) ikut memperlambat waktu dwelling time.
"Dwelling time kebanyakan disibukkan dengan administrasi lainnya, di kami hanya memakan waktu 0,7-0,8% atau 4-6 jam. Itu sebabnya dwelling time jadi 3,2-3,5 hari," papar Syahputera.
Sugianto menyatakan, jika pernyataan Syahputera tersebut dianggap benar, berarti permasalahan berada di Bea Cukai. Sistem administrasinya tidak mempermudah dan tidak mempercepat.
"Saya berharap dwelling time di Pelabuhan Belawan bisa dua hari. Masih harus dicross cek kebenaran pernyataan Direktur Operasional Pelindo apakah betul 4 jam saja, kita terima saja dulu infonya," tegasnya.