Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Meski revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, menjadi polemik dalam beberapa bulan terakhir, tapi tak membuat seniman urung mementaskan karyanya di panggung kesenian yang melegenda di tanah air ini.
Termasuk pula Teater Imago Indonesia Jakarta. Besok, Sabtu (7/3/2020) kelompok teater ini akan menampilkan pertunjukan monolog berjudul "Pisang Terakhir" karya Rizal Siregar sekaligus sutradara pertunjukan ini.
Kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (6/3/2020), Rizal mengutarakan dasar dipentaskannya naskah ini sebagai upaya manusia menjalin masa lalu. Ketika manusia dipenuhi dengan rutinitas dan jadwal yang padat maka diperlukan upaya untuk menjalin dengan masa lalunya meski itu sudah tertinggal puluhan tahun. Masa lalu tidak hanya dikenang tapi juga suatu pembelajaran untuk hari ini dan esok. Posisi yang sudah diraih oleh manusia tak terlepas dari masa lalunya, ujarnya.
“Kisah (monolog-red) ini tidak ribet yakni tentang tokoh Arya Kamandanu. Masalah kekinan yakni tentang kejenuhan manusia dengan rutinitas. Karena diburu oleh waktu yang padat membuat tokoh yang ada di dalam cerita sampai lupa dengan lingkungan dan masa lalunya.
Rizal Siregar menambahkan pementasan akan digelar pada pukul 19.30 WIB, Sabtu (7/3/2020) besok di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jalan Cikini Raya 73, Jakarta Pusat ini, dilakoni oleh aktor Surya Dharma.
“Melakoni peran Arya Kamandanu bagi saya sebuah tantangan. Sebab, karakternya unik. Beban batin yang dialaminya cukup berat. Tapi itulah peran, sebarat apapun tantangannya harus bisa dilakoni dengan baik,” Kata Surya Dharma.
Sebagai seorang aktor Surya Dharma telah malang melintang dunia panggung dan musik mengatakan, proses latihan dua bulan membuatnya tetap bersemangat. “Karena sosok Arya Kamandanu yang begitu berkarakter membuat saya harus melakukan berbagai riset,” kata aktor kelahiran Medan, 3 April 1958 ini.
Surya Dharma mengaku pertama kali tampil sebagai seorang pemain teater lewat pementasan "Sok" sutadara Buoy Hardjo di Taman Budaya Medan (1975). Tampil bersama dalam lakon ‘Pencuri Kepincut’ (1976) sutradara Burhan Piliang (1976). Kemudian tampil dalam lakon ‘Nujum Pak Belalang’ (1978) sutradara D. Rifai Harahap.
Hijrah ke Jakarta, aktor yang akrab disapa "Pak Tua" ini sempat digarap Irwan Siregar dalam lakon "Rayuan Destor" untuk Festival Teater 5 wilayah DKI (1988). Bersama Satu Merah Panggung pernah tampil dalam pementasan Pesta Terakhir (1996) dan Marsinah: "Nyanyian dari Bawah Tanah" (1994), "Anak-Anak Kegelapan" (2003).
Surya juga pernah tampil dalam "Opera TIM" karya Sudibyo JS di Graha Bhakti Budaya, TIM (2015). Juga tampil sebagai Ayah dalam drama musikal berjudul "Jambar Ni Parsubang" di Teater Besar TIM (2015). Juga terlibat dalam pertunjukan "Perguruan" karya Wisran Hadi di Taman Budaya Semarang (2018).