Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Balige. Sehari sebelum menyambut HUT ke-21 dan pergantian nama Kabupaten Toba Samosir (Tobasa) menjadi Kabupaten Toba sepertinya kurang mendapat sambutan dari masyarakat setempat. Khususnya di sepanjang jalan pusat kota di Kota Balige tak satupun warga menggunakan umbul-umbul sehingga kota terlihat sepi.
"Seharusnya ada sosialisasi atau imbauan pemerintah kepada masyarakat untuk berpartisipasi memeriahkan pesta besar ini sehingga tidak terkesan asal-asal pesta," ujar seorang warga Balihe, Rina Simanjuntak, Minggu(8/3/2020) di Kota Balige.
Dia mengatakan, pergantian nama dari Kabupaten Toba Samosir menjadi Kabupaten Toba bukan suatu seremonial saja yang harus dirasakan oleh kalangan tertentu namun perlu bagaimana partisipasi warga.
"Jangan dianggap pergantian nama daerah itu hanya sebatas pergantian namun perlu disosialisasikan langsung khususnya untuk penetapan yang tinggal sehari lagi warga harus terlibat," ucapnya.
Senada disampaikan Welman Sianipar, sebagai warga sangat prihatin akan rencana pesta pergantian nama Kabupaten Toba Samosir menjadi Kabupaten Toba oleh Pemkab Tobasa.
"Pesta tinggal satu hari, bagaimana persiapan yang kita lihat tak ada tanda-tanda kemeriahan baik warga maupun pemerintah. Contoh saja disepanjang jalan Kota Balige satupun umbul-umbul tidak ada juga bisa dilihat kantor kantor juga tidak ada menampakan kemeriahan ini cukup menyentuh," sebutnya.
Menurut Welman Sianipar atas dikeluarkannya PP Nomor 14 Tahun 2020 yang ditanda tangani oleh Presiden Joko Widodo tentang pergantian nama Kabupaten Toba Samosir menjadi Kabupaten Toba ditambah perayaan HUT ke-21 seharusnya dirayakan secara akbar.
"Jangan bicara dana dalam kegiatan ini, banyak perusahaan raksasa PMA/BUMN/BUMD di daerah ini tentunya juga harus dilibatkan untuk berpartisipasi khususnya menjadi donateur," terangnya.
Kata Welman Sianipar, melihat sambutan masyarakat kurang dengan bukti disepanjang jalan Jalinsum tidak ada umbul-umbul maka ada penilaian pesta perubahan nama dan HUT Tobasa ke-21 hanya untuk kalangan tertentu.
"Kebiasaan buruk dari Pemkab Tobasa adalah setiap kegiatan yang sifatnya masyarakat yang diwajibkan hadir adalah ASN dan kalangan tertentu sehingga masyarakat kurang menanggapi," katanya.
Lain halnya Sondang Silaen, warga Kecamatan Porsea ini menyebut tidak akan hadir pada perayaan pergantian nama dan HUT Tobasa dan pokus akan lahan persawahan yang saat ini dilanda kekeringan.
"Untuk apa pesta bagi kami disaat situasi kami sebagai petani tidak kondusif yang diperhadapkan dengan gagal panen," ucapnya menyebut mengetahui pergantian nama Tobasa menjadi Toba adalah dari media sosial.
Sebelumnya, Sekdakab Tobasa, Audhi Murphy Sitorus menyampaikan menyambut pergantian nama dan HUT Tobasa ke-21 telah diupayakan sosialisasi secara maksimal hingga ke pelosok.