Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona perlu diperhatikan penanganan dari sisi hulunya. Salah satunya lewat gerakan nasional zero droplet (GNZD). Demikian diungkapkan Alimin Ginting kepada wartawan, Selasa (14/4/2020).
Alimin adalah pakar Geopark Kaldera Toba. Diakuinya ia merasa perlu berkontribusi memberikan sumbangsih pikiran untuk mengatasi persoalan yang tengah dihadapi dunia ini, terlebih wabah ini juga telah merangsek industri wisata.
Dikatakan Alimin, gerakan ini diharapkan ikut mempertajam aksi, aplikasi kebijakan dan regulasi yang telah dibuat oleh pemerintah dari sisi manusianya.
Gerakan ini dititikberatkan pada pengelolaan sumber dan media penyebaran corona yaitu mengelola droplet manusia. Jadi yang dikelola di sini adalah sisi hulu sebagai sumber dan penyebab dasar atau root cause penyebaran virus tersebut. Dalam gerakan ini mungkin cara-cara penanganan virus corona di Indonesia akan berbeda dengan yang dilakukan oleh negara lain.
"Karena Indonesia berbeda kondisi iklim, politik, ekonomi, geografis, sosial-budaya dan karakter masyarakatnya dengan negara mereka. Di Indonesia kita coba virusnya yang kita lockdown, kalau di negara lain manusianya yang di lockdown," kata Alimin.
Kebijakan social distance dan pembatasan sosial berskala besar pergerakan manusianya yang dibatasi. Sementara GNZD gerakan virus dibatasi dengan mengelola dropletnya menjadi nol. Sehingga manusianya dapat bergerak relatif bebas. Dengan kata lain pada virusnya yang dilockdown atau gerakannya dibatasi, bukan manusianya. Sistem aksi GNZD kita sesuaikan dengan kondisi keterbatasan kekuatan medis, finasial dan ekonomi masyarakatnya.
Kita yakin kecerdasan kita cukup untuk menangani virus ini dengan baik sesuai dengan situasi dan kondisi kita, termasuk lokasi geografis yang memiliki banyak sinar matahari.
Pengelolaan orang yang berpotensi mengeluarkan droplet dan pengeloaan droplet sangat penting untuk memutuskan mata rantai penyebaran corona. Pelaksanaanya bisa dilakukan di level desa/kelurahan, karena pada level tersebut manajemen pelaksanaannya dianggap lebih mudah, sederhana, efektif dan efisien. Juga biaya yang dikeluarkan mungkin jauh lebih murah.
"Alur pikirnya supaya droplet tidak ada terpercik ke permukaan tubuh, benda sekitar manusia, udara baik dalam bentuk butiran kasar, macro maupun micro. Penyebaran melalui feses, tidak jadi perhatian dan tidak dibahas dalam gagasan GNZD ini. Untuk melaksanakan gerakan pencegahan droplet tidak jatuh ke permukaan tubuh, benda, termasuk terdispersi dan tersuspensi diudara sebagai aerosol, maka kita perlu identifikasi dan inventarisasi terlebih dahulu warga yang berpotensi mengeluarkan droplet.
Oleh karena itu perlu dilakukan sensus dan absensi kesehatan secara nasional dan serentak di level desa dan kelurahan. Agar ditengah tengah masyarakat dapat diketahui warga yang berpotensi mengeluarkan droplet melalui mulut dan hidung, jelas Alimin.
"Intinya, siapapun dalam kategori orang kurang sehat dengan gejala Corona ketika mengeluarkan droplet melalui mulut dan hidung tidak boleh dibuang sembarangan," jelasnya.