Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kondisi dunia usaha di Sumatra Utara (Sumut) semakin sulit sebagai imbas dari wabah virus corona yang semakin meluas. Pengusaha pun mengaku menghadapi kondisi yang pelik apalagi banyak pabrik yang mulai berhenti beroperasi dan sisanya memangkas jumlah produksi. Selain karena barang yang diproduksi tidak bisa dijual sehingga memutuskan menghentikan operasionalnya, sebagian pabrik lagi kesulitan mendapatkan bahan baku yang berbasis impor.
Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut, Laksamana Adiyaksa, mengatakan, pandemi corona memang berdampak hampir ke semua kalangan. "Kondisi ini membuat semua komponen kesulitan. Dunia usaha menghadapinya dengan pelik karena banyak kewajiban yang harus dipenuhi," katanya, Kamis (16/4/2020).
Laks mengatakan, pengusaha bermasalah lantaran banyak operasional pabrik berhenti atau terhambat karena kesulitan bahan baku. Sementara di satu sisi, banyak kewajiban yang harus dipenuhi mulai dari utang bisnis, kewajiban kepada bank, kewajiban kepada karyawan dan banyak lagi. Karena itu, dalam kondisi pelik seperti ini, mitra paling dekat adalah pekerja.
Pekerja juga bisa memahami bagaimana kondisi perusahaannya. Jika perusahaannya masih bisa beroperasi, harus bersyukur. Tapi bagi pekerja yang kurang beruntung dan operasionalnya perusahaannya harus berhenti hingga mereka dirumahkan, juga harus bisa memahami.
"Ini kondisi sulit. Tapi yang jelas, pengusaha berkomitmen tidak akan ada PHK. Kalaupun dirumahkan, itu karena tidak ada pilihan lain. Tentu diharapkan kondisi ini bisa segera membaik. Pekerja yang dirumahkan diharapkan bisa berkomunikasi dengan baik. Kondisi ini bukan kondisi yang kita harapkan bersama," kata Laks.
Untuk pabrik yang mengalami penurunan produksi, kata Laks, jumlahnya banyak. Meski pihaknya tidak memiliki data, tapi persentasenya pasti lebih banyak dibandingkan yang tetap berproduksi dengan volume yang sama sebelum penyebaran corona.
Karena kalaupun pabrik bisa berproduksi, tapi belum tentu bisa dijual. Karena itu akan berdampak pada cash flow dan otomatis akan berdampak pada semua komponen di perusahaan.
"Jadi lebih bagus dihentikan dulu produksinya dan terpaksa merumahkan karyawan. Tentu untuk kondisi ini, perlu kebijakan bersama-sama. Rasa kebersamaan antara pekerja dan perusahaan harus bisa ditunjukkan pada kondisi ini. Tentu kita berharap bisa segera membaik sehingga pabrik beroperasi lagi," kata Laks.