Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) resmi melarang warga mudik Lebaran di tengah pandemi virus Corona (COVID-19). Respons beragam pun datang dari sejumlah perantau di berbagai daerah.
Salah satunya, Zahara Dianti (22). Karyawan swasta di Tangerang ini sebelumnya berencana mudik ke kampung halamannya di Medan, Sumatera Utara, pada H-2 Lebaran. Karena larangan mudik ini, dia pun terpaksa mengurungkan niatnya.
"Rencananya kan sebelum ada peraturan nggak boleh mudik, H-2 Lebaran pengen mudik. Tapi ya balik lagi karena kebijakan pemerintah nggak boleh mudik, ya akhirnya batal," kata Zahara saat dihubungi pada Selasa (21/4/2020).
Meskipun berat, Zahara menilai keputusan Jokowi sudah tepat. Mengingat, penyebaran virus Corona tidak mengenal waktu dan ruang. Bahkan, tidak tertutup kemungkinan orang akan terjangkit virus Corona di tengah perjalanan. Dengan berat hati, ia pun merelakan Lebaran tahun ini tidak bisa bertemu dengan keluarga.
"Kalau dari pribadi sih karena untuk kebaikan bersama nggak mau egois dan mikirin keluarga juga, jadi setuju sih. Setujunya ya oke karena ini bisa memutus mata rantai penyebaran COVID-19 kan, tapi di satu sisi juga sedih sih momen ini kan datang sekali setahun ya bersama keluarga, seharusnya sebagai muslim diharuskan untuk mudik tapi kok ini malah dilarang," ungkapnya.
"Tapi kembali lagi ke kebijakan ini untuk kita bersama. Kalau kita nggak balik kan bisa nutup kemungkinan menyebarkan ke orang. Kan di bandara dan transportasi umum lainnya bisa jadi tempat penyebaran COVID-19 yang paling riskan gitu," sambungnya.
Senada dengan Zahara, perantau asal Cilacap, Jawa Tengah, bernama Miftah Aulia mengurungkan niat mudik Lebaran. Miftah yang saat ini berdomisili di Balikpapan, Kalimantan Timur, memilih mudik pada Desember mendatang.
"Justru bulan Desember mungkin kita baru kumpul (bersama keluarga) di akhir tahun," kata Miftah.
Miftah pun mendukung pilihan Jokowi melarang mudik. Menurutnya, akan ada waktu di mana masyarakat bisa kembali berkumpul bersama keluarga.
"Sebenarnya kalau aku bilang pembatalan ini sudah tepat sih. Kita kan dilarang berkumpul dalam kerumunan massa, yang ditakutkan terjadi transmisi lokal juga. Menurutku udah tepat sih melarang mudik itu, toh ada waktu di mana kita bisa pulang kampung lagi. Demi mencegahlah," jelasnya.
Miftah berharap kebijakan ini bisa berjalan lancar. Bahkan, dia pun berharap Indonesia bisa memberlakukan PSBB nasional. Mengingat, kesadaran masyarakat akan bahaya pandemi Corona ini masih sangat minim.
"Harapannya sih ini bisa berjalan ya, pemerintah kalau bisa sanksinya harus tegas lah untuk masyarakat. Yang jelas, masyarakat perlu sadar sih, selama ini kan pemerintah menghimbau terus tapi kesadaran masyarakat masih kurang," sambungnya.
M Sidqi Irsyadi (23), perantau asal Jombang, Jawa Timur, juga mendukung keputusan Jokowi melarang mudik. Menurut Irsyad, larangan itu dapat menekan laju penyebaran virus Corona di Indonesia.
Perantau yang saat ini berdomisili di Sleman, DIY, ini memaklumi keputusan pemerintah melarang mudik. Meskipun begitu, ia berpesan kepada pemerintah agar dapat menerapkan sanksi yang tegas ketika terjadi pelanggaran.
"Ya kalau aku sih karena setuju ya, harus lebih tegas sih. Kalau perlu ya kayak India sih, kalau keluar diapain itu, pakai kekerasan ya. Soalnya itu ranahnya udah beda sih," jelasnya.
Berbeda dengan mayoritas yang memilih membatalkan mudik, perantau asal Kediri, Jawa Timur, Ayu Rifka (23), justru tetap nekat pulang ke kampung halamannya. Dia beralasan keadaan mendesaknya tetap mudik bulan ini.
"Ceritanya bukan mau mudik naik angkutan umum sih, tapi dijemput sama bapak aku. Nah, ini kan hampir seluruh daerah ditutup. Kemana aja akan ditutup, mulai dari tol ataupun jalur yang biasanya. Itu kayaknya untuk bapakku biar bisa ke sini mau nggak mau mudiknya harus tak majuin. Di berita kan akan laksanakan larangan mulai 24 (April) besok, aku maunya majuin jadi tanggal 23 April," kata Ayu.
Meski nekat tetap pulang kampung, Ayu juga mengaku khawatir dirinya berperan sebagai carrier atau pembawa virus Corona. Untuk itu, dia pun berkomitmen akan melakukan isolasi mandiri selama 14 hari ketika tiba di rumah keluarga.
"Takut, takut banget. Makanya semisal besok aku pulang, aku akan mengisolasi diri sendiri di kamar gitu. Aku akan mengurung diri sendiri di kamar selama 2 minggu. Itu udah keputusanku dari awal. Karena ada alasan lain, udahlah aku ambil risiko ikutin pemerintah kalau pulang harus isolasi mandiri," ujarnya. dtc