Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Di tengah pandemi virus corona saat ini, investor memang masih cukup berat untuk masuk ke sektor ril. Untuk sementara, investor akan masuk di pasar keuangan dengan membeli surat berharga (obligasi) yang diterbitkan oleh pemerintah karena bunganya cukup tinggi.
Namun bukan berarti Sumatra Utara (Sumut) kemudian tidak berusaha untuk menarik investor untuk melakukan penanaman modal di daerah ini. Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumut harus membuat terobosan baik yang sifatnya fiskal seperti pengurangan pembayaran pajak dan retribusi daerah dan nonfiskal mulai dari kemudahan perizinan dan kecepatan dalam perizinan, fasilitasi penyediaan sarana dan prasana pendukung, hingga informasi terkait potensi investasi dan kepastian hukum.
"Jadi perlu membuat sebuah terobosan yang menarik minat investasi. Saat ini bisa menjadi momentum. Dengan kondisi luar biasa, maka perlu ada inovasi perizinan yang memberikan kepercayaan bagi investor untuk melakukan investasi di Sumut," kata pengamat ekonomi dari Universitas Sumatra Utara (USU), Wahyu Ario Pratomo, Selasa (28/4/2020).
Wahyu mengatakan, pandemi corona telah menyerang seluruh sendi perekonomian yang berdampak terhadap pemutusan hubungan kerja dan peningkatan jumlah orang miskin serta gangguan kesehatan akibat kekurangan gizi. Tidak terlepas juga akan muncul gangguan mental yang menyebabkan orang bunuh diri atau menjadi tidak waras. Ini ancaman yang berpotensi terjadi.
Untuk itu, katanya, dalam menjaga supaya masyarakat tetap punya masa depan yakni dapat bekerja dan keluar dari kemiskinan, maka investasi sangat diperlukan.
Memang sebagian besar sektor saat ini lumpuh, kecuali sektor informasi dan komunikasi dan sektor jasa kesehatan dan sosial. Namun tidak berarti sektor lain tidak berpotensi. Sektor pertanian masih menjanjikan, karena pada prinsipnya masyarakat masih perlu makan. Lebih baik kondisinya tidak ada uang tetapi masih bisa makan, dibandingkan banyak uang tetapi tidak ada makanan.
Untuk itu, sebagai provinsi yang perekonomiannya masih ditopang oleh sektor pertanian, sektor ini masih berpotensi dikembangkan. Pemerintah provinsi dapat mengambil kebijakan untuk memberikan subsidi dalam bentuk natura seperti sarana produksi berbentuk bibit, pupuk, obat-obatan, alat pertanian, dan lainnya agar biaya produksi berkurang dan nilai tukar petani (NTP) meningkat.
"Pemprov Sumut juga dapat berperan dalam meningkatkan produktivitas petani dengan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan teknik bertani melalui penyuluh atau lembaga-lembaga riset pengembangan produksi pertanian. Dengan demikian ketersediaan dan ketahanan pangan Sumut meningkat dan kondisi ini akan membuat rakyat lebih tenang saat ini," kata Wahyu.
Dikatakannya, Pemprov Sumut juga bisa meminta pemerintah pusat menghapus biaya ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) karena mengurangi pendapatan perusahaan yang mengekspor sawit.
Hal lain yang bisa dilakukan saat pandemi ini adalah mendorong pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan. Di saat ini harga minyak bumi turun, maka harga CPO juga akan turun. Maka ini momentum berkembangnya industri pengolahan sawit untuk konsumsi dalam negeri seperti untuk Bio Diesel. Demikian juga untuk karet, yang dapat digunakan sebagai campuran dengan aspal untuk pembangunan dan perbaikan jalan. Karena itu, produk perkebunan harus secara optimal dimanfaatkan agar kondisi petani lebih sejahtera dan masih tetap bersemangat bekerja. Apalagi saat ini banyak pekerja dari kota sudah kembali ke desa karena tidak ada pekerjaan.
"Jadi aektor pertanian memang yang paling memungkinkan untuk dikembangkan untuk menyerap tenaga kerja dan mengurangi kemiskinan di Sumut. Pemprov Sumut harus membuat terobosan. Dengan begitu, investor masih akan melirik Sumut di tengah pendemi corona ini," kata Wahyu.