Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Nias. Wabah penyakit yang menyerang ternak babi masyarakat Kepulauan Nias hingga menyebabkan ribuan ekor mati sudah pada tahap yang mengkhawatirkan. Pasalnya, selain terjadi di wilayah Kabupaten Nias Selatan, kematian ribuan ekor babi juga mewabah di sebahagian wilayah Kabupaten Nias induk. Apalagi bencana kematian ternak berkaki empat itu ketepatan saat pandemi covid-19.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nias, Faonaso Laoli yang dihubungi medanbisnisdaily, Rabu (28/4/2020), memperkirakan sebanyak 12.000 ekor babi yang sudah mati milik masyarakat peternak di seluruh kecamatan.
Menurut Faonaso yang paling parah terserang wabah penyakit babi mati di daerah Kecamatan Bawolato, Ulugawo, Idanogawo. Kemudian Kecamatan Somolo-molo dan Ma'u. Bahkan sepekan terakhir mulai menyerang milik peternak di kecamatan Sogaeadu dan Gido.
"Jadi diperkirakan seluruhnya yang mati sebanyak 12.000 ekor," ungkap Faonaso.
Kecuali Kecamatan Hiliserangkai dan Kecamatan Botomuzoi mulai mewabah tetapi sedikit yang mati. Malah di Kecamatan Hiliduho belum terjangkit
Disebutkan Faonaso, berdasarkan laporan yang diterima, gejala kematian ternak babi milik warga pertama kali ditemukan dari daerah Kecamatan Bawolato. Namun begitu cepat mewabah di beberapa kecamatan lainnya hingga menyebabkan ribuan ekor yang mati
Seorang warga Kecamatan Idanogawo, Waozatulo waruwu mengakui, jika ternak babi miliknya sudah mati terserang penyakit.
Ia memperkirakan, babi yang mati itu seberat 90 kg. "Gejala penyakitnya merah-merah berbintik-bintik, sesak dan tak ada nafsu makan. Paling lama bertahan 3 hari langsung mati," tutur Waozatulo yang ditemui tadi pagi.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Nias, Faonaso Laoli, menjelaskan, kematian ribuan ekor ternak babi di wilayah Kabupaten Nias sudah pada tahap yang mengkhawatirkan. Sebab hilangnya usaha beternak masyarakat.Seingga semakin menambah beban hidup warga. Apalagi wabah kematian babi bersamaan menghadapi pandemi virus corona (Covid-19) pula.
Ia menuturkan, pihaknya sudah mengambil langkah antisipasi. Sekitar Nopember lalu Bupati Nias, Sokhiatulo Laoli sudah mengeluarkan Surat Edaran kepada masyarakat melalui seluruh camat dan kepala desa agar mengantisipasi penularan penyakit babi yang sudah mewabah di daratan Sumatra Utara.
Seperti antisiapasi kebersihan kandang. Pemberian antibodi dan vitamin pada makanan. Selain itu upaya pembinaan para peternak babi.
"Bahkan sudah ketat pengawasan kita di pintu-pintu pelabuhan untuk menolak masuk babi dari seberang termasuk daging celeng," ungkapnya.
Namun menurut Faonaso, hingga saat ini belum diketahui jenis penyakit apa yang menyerang babi hingga menyebabkan ribuan mati di wilayah Kabupaten Nias.
Bahkan Kadis Pertanian Kabupaten Nias mengaku sudah mendatangkan pihak Balai Veternier Propinsi Sumatera Utara dan membedah babi mati tersebut di daerah Bawolato untuk diperiksa di laboratorium penyakit penyebabnya.
Namun berdasarkan pihak Veternier hasil pemeriksaan baru keluar minggu depan.