Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Gunungsitoli. Setelah Kabupaten Nias Selatan dan Nias, kasus kematian ternak babi meluas ke Kota Gunungsitoli. Sedikitnya 100 ekor ternak babi milik warga mati mendadak di Kecamatan Gunungsitoli Idanoi, Gunungsitoli Selatan dan Gunungsitoli Utara.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gunungsitoli, Oimolala Telaumbanua mengakui ternak babi yang sudah mati sedang didata. Namun ia memperkirakan sebanyak 100 ekor.
"Yang mati sudah ada diperkirakan sekitar 100 ekor. Sedang berjalan pendataan di wilayah Gunungsitoli Idanoi, Gunungsitoli Selatan dan Gunungsitoli Utara mewabah penyakit kematian babi," kata Oimolala, Kamis (30/4/2020).
Menurut Oimolala, hingga saat ini penyakit ternak berkaki empat itu belum diketahui apa penyebabnya. "Apakah positif virus ASF atau tidak. Atau semacam penyakit cholera, kita belum tau. Menunggu hasil laboratorium Balai Veteriner Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara dibawah naungan Kementerian Pertanian yang akan keluar minggu depan," ujar Oimolala.
Ia juga belum bisa memastikan apakah sudah masuk wabah penyakit babi mematikan itu dari daratan Sumatera Utara sebagaimana yang terjadi beberapa bulan lalu. "Oh, saya nggak berani menjawab sebelum turun hasil laboratorium dari Balai Veteriner Propinsi Sumatera Utara," elaknya.
Namun ia mengaku penjagaan di pintu pelabuhan di Gunungsiyoli cukup ketat. Terbukti, katanya, bulan lalu pernah dia tolak daging babi, celeng yang berasal dari seberang disuruh pulangkan dari pelabuhan Gunungsitoli. Kecuali ada surat rekomendasi dari pihak Dinas Pertanian Provinsi Sumut dan Balai Karantina Hewan.
BACA JUGA: Ratusan Bangkai Babi Menumpuk di Sungai Gomo Nias Selatan
Oimolala Telaumbanua menjelaskan, gejala babi mati awalnya tak ada nafsu makan, terdapat bintik-bintik memerah di badan dan sesak, gejalanya mendadak sekali.
Oimolala menjelaskan, guna mencegah kematian babi lebih meluas, pihaknya mengimbau para peternak babi agar menjaga kebersihan sanitasi kandang dan menghindari orang lain masuk di wilayah kandang.
"Kita juga sudah membuat surat imbauan secara resmi kepada kepala desa untuk langkah antisipasi. Menunggu hasil laboratorium pemeriksaan babi mati akibat terserang wabah penyakit dari Balai Veteriner Sumut.
Ia menganjurkan masyarakat agar membeli daging babi sehat di tempat penjualan resmi yang telah tersedia di Kota Gunungsitoli.
Namun babi yang mengalami gejala sakit dimbau warga agar jangan menjual untuk dikonsumsi guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Mengingat belum ada hasil laboratorium atas pemeriksaan sampel babi yang terserang wabah penyakit.
Selain itu, menghindari memberi makanan babi dari sisa-sisa makanan rumah tangga. "Hal ini guna menghindari kemungkinan dari bekas makanan tersebut terkontaminasi virus. Ya, kita tidak tau. Bisa saja. Makanya dihindari," tuturnya.
Dinas pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Gunungsitoli mengharapkan masyarakat agar jangan menyentuh babi sehat apabila sudah menyentuh babi yang sudah sakit. Termasuk menghindari mendatangi kandangnya. Sebab bisa saja akan tertular virus dari babi sakit ke yang sehat. Kecuali kata Oimolala, harus membersihkan diri terlebih dahulu mandi dan mencuci pakaian yang terpakai baru bisa menyentuh.