Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Pandemi virus Corona COVID-19 yang terjadi di dunia menyebabkan perekonomian tertekan dan menimbulkan krisis. Krisis kali ini disebut lebih berat dibandingkan dengan yang pernah terjadi sebelumnya.
Chief Economist PT Bank Mandiri Tbk Andry Asmoro mengungkapkan krisis yang diakibatkan oleh COVID-19 ini berdampak lebih berat untuk perekonomian Indonesia dan ekonomi global.
Menurut dia pada krisis 2020 ini pandemi COVID-19 ini terjadi di 200 negara yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi global diprakirakan mengalami resesi -3%.
"Mayoritas negara mengalami resesi atau perlambatan ekonomi. Ekonomi Indonesia diperkirakan bisa terkontraksi -0,4%," kata Andry dalam diskusi virtual, Jumat (8/5/2020).
Dia menyebabkan dampak krisis ini terjadi di semua lini usaha mulai dari industri retail, konsumer, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dan merambah ke korporasi. Sedangkan sektor yang paling terdampak adalah pariwisata, hotel, perdagangan, manufaktur dan keuangan.
Sementara itu untuk krisis finansial global pada 2008 ini terjadi dengan episentrum di Amerika Serikat (AS) dengan dampak paling besar di negara-negara yang memiliki ketergantungan dengan sektor keuangan AS dan Eropa. Saat itu pertumbuhan ekonomi Indonesia melambat ke 4,6%.
Kemudian cadangan devisa Indonesia saat itu tercatat US$ 51,6 miliar. Krisis waktu itu hanya terdampak pada korporasi besar dan sektor yang terdampak adalah keuangan terutama perbankan dan capital market.
Pada krisis finansial Asia 1998 ini terjadi episentrum di Thailand, Korea Selatan dan Indonesia. Saat itu negara maju tidak banyak terpengaruh, namun negara berkembang mengalami kontraksi seperti Indonesia yang terkontraksi -13%.
"Krisis terjadi pada korporasi besar, khususnya yang memiliki kewajiban utang luar negeri yang sangat besar," imbuh dia.
Kemudian sektor yang terdampak adalah perbankan sebagai dampak dari gagalnya pembayaran korporasi.(dtf)