Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Pada triwulan I-2020, perekonomian Sumatra Utara (Sumut) mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,65%. Meski jauh di atas nasional yang hanya 2,97% dan Sumatra yang berkisar 3,25%, namun capaian ini masih lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,21%. Secara year on year (yoy) juga lebih rendah. Karena di triwulan I-2019, Sumut mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,31%.
Lalu dengan realisasi ini, bagaimana gambaran perekonomian Sumut hingga akhir tahun di tengah pandemi virus corona? Menurut Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, perekonomian Sumut yang dibayangi virus corona dipastikan akan melambat.
"Perlambatan terdalam akan dirasakan pada triwulan II-2020 dan akan meningkat pada triwulan berikutnya seiring dengan fase pemulihan akibat virus corona. Pada kasus corona seperti saat ini, perlambatan terjadi di sektor eksternal dan domestik. Untuk itu dibutuhkan upaya keras untuk menahan penurunan daya beli masyarakat melalui program jaring pengaman sosial melalui anggaran pemerintah," katanya, Senin (11/5/2020).
BI sendiri telah membuat skenario bagaimana perekonomian Sumut sepanjang tahun 2020. Dalam skenario mild (sedang), meluasnya dampak virus corona diperkirakan mendorong perlambatan ekonomi Sumut ke kisaran 4,3-4,7%. Ini melambat sekitar 0,8% dari baseline-nya (perkiraan awal pertumbuhan ekonomi Sumut) yang dipatok sebesar 5,2-5,5%. Asumsi untuk skenario mild yakni penurunan perdagangan internasional akibat pertumbuhan ekonomi Cina yang turun 1% dari baseline, penurunan devisa wisatawan mancanegara (wisman) akibat penutupan pintu masuk selama 6 bulan, dampak pass through kepada lapangan usaha akibat penurunan perdagangan internasional dan penurunan PDB dunia sebesar 0,5% dari baseline.
Dengan perkembangan pandemi corona terkini, dimana pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan hanya 0,9% dan Cina hanya 2,3%, maka perekonomian Sumut berpotensi melambat lebih dalam pada kisaran 2,2-2,6% dalam skenario berat. Asumsinya hampir sama dengan asumsi skenario mild namun dengan perkiraan penurunan perdagangan internasional akibat ekonomi Cina turun 3,8% dan PDB dunia turun 2,1% serta penyesuaian harga komoditas ekspor.
Untuk skenario terakhir yakni sangat berat, ekonomi Sumut dapat turun hingga 1,2-1,6%. Asumsinya ekonomi Cina yang turun 3,8% dari baseline, penurunan devisa wisman, dampak ke lapangan kerja dan penurunan PDB dunia hingga 4,1%.
Wiwiek mengatakan, penurunan kinerja permintaan eksternal akibat pandemi corona berpotensi menghambat rantai suplai global serta sektor pariwisata. "Di triwulan I, sudah terlihat pada perlambatan lapangan usaha industri pengolahan, perdagangan, transportasi dan pergudangan serta akomodasi dan makan minum. Hal ini yang membuat gambaran perekonomian Sumut di tengah pandemi corona akan terus melambat lebih dalam lagi," katanya.
Ditambahkannya, perkiraan perlambatan ini juga tercermin dari penurunan hasil survei perkiraan kegiatan usaha ke depan.
Dari sisi permintaan domestik, konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh melambat dipengaruhi oleh penurunan daya beli masyarakat akibat terganggunya kinerja dunia usaha dan pembatasan aktivitas masyarakat untuk menahan laju penyebaran virus corona. Hal ini terindikasi oleh penurunan indeks keyakinan konsumen dan penurunan penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu.