Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta - Gubernur Jakarta Anies Baswedan menduga telah terjadi lonjakan kematian akibat COVID-19 pada Bulan April dan Mei. Namun Pemerintah Pusat, kata Anies, menyebut kematian-kematian tersebut bukan karena COVID-19. Hal itu dinilai membuat masyarakat tidak mempercayai data Pemprov DKI Jakarta.
Juru bicara pemerintah untuk penanganan Corona, Achmad Yurianto, angkat bicara mengenai pernyataan Anies. Menurutnya, pemerintah pusat mempunyai dasar tersendiri mengenai kasus kematian akibat Corona.
"Pak Anies kan punya dasar kan, untuk menyampaikan kematian karena COVID, ya pusat juga punya dasar," ujar Achmad Yurianto ketika dihubungi detikcom, Senin (11/5/2020).
Pemerintah pusat merilis angka kasus COVID-19 berdasarkan data yang didapatkan dari hasil tes laboratorium, bukan berdasarkan dugaan.
"Pemerintah hanya mengatakan (kematian) yang disebabkan karena COVID itu yang konfirmasi positif (COVID), kalau yang bukan konfirmasi positif pemerintah tidak mengatakan karena COVID-19, bisa saja diduga, boleh, tapi bukan (meninggal) karena COVID. Tidak dipastikan karena COVID-19," tutur Yurianto.
Yurianto menyebut pemerintah DKI Jakarta tidak pernah memprotes perihal data pemerintah pusat terkait COVID-19. Ia juga menuturkan data pemerintah pusat dikirim ke setiap provinsi setiap harinya sehingga jika ada kesalahan, langsung segera terkoreksi.
"Pemprov DKI nggak pernah protes sama saya, karena data setiap hari saya rilis saya kasih ke dia (Pemprov DKI), kok, data yang saya rilis harian itu setelah saya ngomong itu saya, langsung kirim ke semua provinsi, kalau dia ada masalah dia akan komplain. Langsung dia komplain," ungkap Yurianto.
"Saya bicara berdasarkan data dan saya kirim ke WHO, dan itu masuk ke dalam report WHO," sebutnya.
Sebelumnya, pernyataan Anies tersebut disampaikan saat Gubernur DKI Jakarta itu diwawancarai wartawan The Sydney Morning Herald, James Massola. Videonya diunggah oleh kanal YouTube Pemprov DKI Jakarta.
Dalam wawancara pada 6 Mei itu, Anies mengatakan jumlah pemakaman pada Mei dan April cukup tinggi. Pada Februari, jumlah pemakaman masih pada kisaran 2.700 pemakaman. Pada Maret, ada 4.300 pemakaman pada pekan ketiga dan keempat. Pada April, ada sekitar 4.590 pemakaman.
"Pada bulan Maret dan April itu cukup tinggi angkanya," kata Anies dalam video itu, seperti diakses detikcom pada Senin (11/5).
Lonjakan ribuan angka pemakaman itu dinilai pemerintah pusat bukan akibat virus Corona. James Massola bertanya apakah pemerintah pusat melarang Pemprov DKI untuk merilis data pemakaman pada April itu atau tidak. Anies menjawab pemerintah pusat tidak melarang, namun membuat orang tidak percaya dengan data itu. Pemerintah pusat yang dimaksud Anies adalah Kementerian Kesehatan.
"Mereka bukannya tak mengizinkan kami merilisnya, tapi mereka menghalangi orang-orang untuk mempercayai data kami dengan mengatakan itu bukan kasus COVID," kata Anies. Dtc