Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Kita bergembira semua elite politik kita mencintai negeri ini. Pertentangan politik pada masa kampanye Pilpres 2019 silam, tak berbekas ketika serangan wabah Covid-19 bergolak. Kritik-kritik kepada pemerintahan Jokowi pun relatif sangat tipis.
Bahkan, semua partai politik bersatu dalam berperang melawan wabah corona. Semua elemen bersatu, baik kaum mahasiswa, buruh, LSM, ormas dan berbagai kekuatan civil society dalam mengadapi Covid-19.
Barangkali, inilah yang membedakan krisis ekonomi pada 1998 dengan kondisi kekinian. Padahal berbagai sektor ekonomi terimbas dampak wabah corona. PHK merajalela, mal, restoran tutup. Bahkan pertumbuhan ekonomi hanya sekitar 2-3 persen pada kuartar!-2020.
Kita ingat pada 1998, demonstrsi mahasiswa meminta Presiden Soehato mundur dari jabatannya. Bahkan, diikuti oleh DPR-MPR yang meminta Soeharto lengser. Akbar Tanjung, Ginanjar Kartasasmita dan beberapa menteri mundur dari kabinet.
Instabilitas politik itu bertemu dengan kondisi perekonomian yang morat-marit. Soeharto pun memiih lengser pada 21 Mei 22 tahun silam.
Alhamdulillah, suasana hiruk-pikuk politik pada 1998 tersebut tak terjadi sekarang. Barangkali, partai politik maupun civil society menyadari bahwa bencana Covid-19 terjadi bukan karena kesalahan pemerintahan Jokowi. Melainkan karena mutasi virus yang di luar jangkauan manusia.
Lagipula, secara politik pun pemerintahan Jokowi berbeda dengan rezim orde baru. Pemerintahan Soeharto boleh dibilang tidak demokratis. Pemilu berlangsung tidak adil. Pemilihan presiden pun selalu dengan calon tunggal. Sejumlah media pers dibredel, dan tokoh-tokoh oposisi ditangkapi.
Sementara pemerintahan Jokowi terpilih melalui Pemilu yang relatif adil dan demokratis. Bahkan, Jokowi mengakomodasi rival politinya, Prabowo Subiano masuk ke dalam kabinet.
Saya menduga karena Covid-19 telah menjadi musuh bersama, seperti melawan kolonial Belanda tempo dulu. Jika pun ada perbedaan politik, tetapi telah dipersatukan ancaman virus corona yang dapat menyergap siapapun, apapun anutan politiknya.