Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Bandung. Kelompok Ilmuwan dari Universitas Padjadjaran (Unpad), bekerjasama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) menciptakan dua alat tes pendeteksi COVID-19, selain PCR dan Rapid Diagnostic Test (RDT). Produk karya anak bangsa ini, diklaim efektif melakukan deteksi dini karena sistem pelacakan antigen.
Ketua Tim Riset Diagnostic COVID-19 Unpad Muhammad Yusuf menjelaskan, alat yang yang pertama dinamai Deteksi CePAD (deteksi cepat, praktis dan andal) atau rapid tes 2.0. Alat ini bisa lebih cepat mendeteksi virus, karena tidak perlu menunggu pembentukan antibodi saat tubuh terinfeksi patogen.
"Karena tubuh itu saat dia terinfeksi patogen, tubuh butuh waktu untuk membentuk antibodi, Rapid tes itu yang banyak itu untuk deteksi antibodi, itu kan tubuhnya belum membentuk spesifiknya, meskipun dia ada gejala belum tentu dia positif, karena antibodi belum terbentuk," ujar Yusuf saat ditemui di FMIPA Unpad, Kamis (14/5/2020).
Menurutnya proses pembentukan antibodi bisa memakan waktu berminggu-minggu. Lain halnya dengan deteksi melalui antigen yang bisa lebih cepat melakukan deteksi dini.
"Saat orang mulai terinfeksi, muncul gejala, dia bisa langsung disampling dengan diambil swabnya, nanti saat ada garis merah di situ, nanti ada virusnya, dia tidak harus menunggu antibodinya terbentuk," paparnya.
Cara kerjanya, sampel swab dari terperiksa tinggal dibubuhkan di permukaan alat rapid tes 2.0 ini. Hasilnya akan keluar dalam rentang waktu 10 - 15 menit. Unpad pun telah berkolaborasi dengan TMC dan Pakar Biomedika Indonesia dalam penyempurnaan dan produksinya.
Alat berikutnya, adalah Surface Plasmon Resonance (SPR) yang dibuat lewat kerjasama Unpad, ITB dan BPPT. Alat yang berbentuk seukuran aki sepeda motor ini, berfungsi sebagai detektor portbel COVID-19 yang bisa ringkas. Alat ini bisa memeriksa hingga 8 sampel sekaligus dengan cepat.
"Seperti detektor, jadi dia sebetulnya dalam alat SPR itu ada plat, dia nanti kita kasih senyawa yang bisa bereaksi terhadap COVID-19. Kalau di situ ada virus, ada ikatan si antibodi dengan virusnya akan merubah sudut pembacaan, sehingga akan menunjukkan sinyal yang berbeda," katanya.
Yusuf mengatakan, rapid tes 2.0 masih dalam tahap validasi. Rencananya dalam waktu dekat, alat-alat ini akan diujikan ke real sample sesuai dengan etika medis yang berlaku.
"Pengambilan samplenya ktia dibantu banyak pihak, harapannya bulan Juni kita validasi sample, semua metode perlu validasi, untuk validasi kita lakukan 5000 - 10.000 produksi untuk kepentingan validasi, bila alat ini ingin tambah produksinya, tentunya perlu peningkatan validasinya," ujar Yusuf.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, dua produk karya anak bangsa ini diharapkan bisa mempercepat penanggulangan COVID-19. Ia optimistis alat ini, selain lebih akurat, juga lebih ekonomis dari segi anggaran.
"Perkembangan baik di Jabar khususnya dari ilmuwannya, UNPAD bekerjasama dengan ITB dan lain-lain, hari ini memproduksi dua jenis alat tes di luar PCR dan rapid tes, alat tes pertama yang dinamai rapid test 2.0, yang ini sama cepatnya dengan rapid tes darah, tapi akurasinya bisa 80 persen, karena tidak pakai darah tapi pakai swab," ujar pria yang akrab disapa Kang Emil itu.
Lain halnya dengan rapid tes 1.0 atau yang kini masih digunakan untuk tes masif, rapid tes 2.0 ini bisa melacak antigen yang spesifik. Berbeda dengan rapid tes sebelumnya yang mendeteksi benda asing secara umum di dalam tubuh melalui antibodi.
"Unpad-ITB juga membuat alat tes baru, seperti PCR tapi tidak perlu laboratorium, cukup sebesar alat sebesar aki mobil, bisa dibawa di mobil, alatnya harganya sekitar 200 juta tapi mobile," ujarnya.
"Ini sumbangsih belanegara melalui ilmunya, ada yang berjuang di garis depan seperti dokter dan tenaga medis, bela negara dengan harta dan bela negara dengan ilmunya, saya apresiasi juga kepada bu Rektor Unpad, insya Allah jabar bisa mengejar target 300 ribu dengan alat pcr sendiri dari Biofarma, alat rapid tes 2.0 dari Unpad dan SPR Unpad-ITB, dan ventilator dari Pindad-PT DI," katanya.(dth)