Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Washington DC. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menolak usulan pembubaran Kepolisian Minneapolis. Buntutnya, Trump dituduh melindungi polisi, yang oknumnya membuat George Floyd merenggang nyawa.
Mulanya, dorongan untuk membubarkan Kepolisian Minneapolis ini datang dari mayoritas anggota Dewan Kota Minneapolis, yang sembilan orang di antaranya turut menghadiri unjuk rasa memprotes kematian George Floyd.
Floyd (46) tewas usai lehernya ditindih dengan lutut seorang polisi Minneapolis saat dia ditangkap atas tuduhan memakai uang palsu di sebuah toko setempat pada 25 Mei lalu. Terkait kasus ini, empat polisi Minneapolis telah dipecat, ditangkap dan didakwa atas pembunuhan Floyd.
Seperti dilansir AFP dan Associated Press, Senin (8/6/2020), Presiden Dewan Kota Minneapolis, Lisa Bender, merupakan salah satu yang ikut unjuk rasa di taman setempat pada Minggu (7/6) waktu setempat. Dalam unjuk rasa itu, dia dan 8 anggotanya berkomitmen 'untuk mengakhiri polisi yang kita kenal dan menciptakan ulang sistem yang benar-benar menjaga kita tetap aman'.
"Jelas bahwa sistem kepolisian kita tidak menjaga masyarakat tetap aman. Upaya kita untuk melakukan reformasi tambahan, telah gagal, titik," tegas Bender dalam unjuk rasa itu.
Dalam pernyataan kepada CNN, Bender menegaskan kembali komitmen tersebut. Dia bahkan menyebut bahwa 9 dari 13 anggota Dewan Kota Minneapolis memiliki hak veto mayoritas atas upaya tersebut.
Namun, Trump menolak dorongan untuk membubarkan kepolisi itu. Trump justru membela polisi, karena polisi ia nilai hebat.
Seperti dilansir CNN, Selasa (9/6/2020), penegasan itu disampaikan Trump dalam pertemuan meja bundar dengan anggota otoritas penegak hukum di Gedung Putih pada Senin (8/6) waktu setempat. Dalam pertemuan itu, Trump memuji para pemimpin penegak hukum yang hadir.
Dia juga memuji rendahnya angka kriminalitas di AS untuk tahun ini. Trump bahkan menyebutnya sebagai 'tahun yang kuat untuk sedikit kejahatan'.
"Tidak akan ada pemangkasan anggaran, tidak akan ada perombakan polisi kita. Dan tidak akan ada pembubaran polisi kita, polisi kita telah membuat kita hidup dalam damai," tegas Trump dalam pernyataannya.
Lebih lanjut ditegaskan Trump bahwa dirinya ingin memastikan tidak ada 'aktor buruk', tapi dia merasa 99 persen polisi merupakan 'orang-orang hebat'.
"Terkadang Anda akan melihat beberapa hal mengerikan seperti yang kita saksikan baru-baru ini, tapi 99, saya katakan 99,9, tapi mari kita sebut 99,9 persen dari mereka merupakan orang-orang hebat dan mereka melakukan pekerjaan yang mencetak rekor," sebut Trump.
Trump menolak untuk menjawab pertanyaan dari wartawan soal respons pemerintahannya terhadap aksi protes yang berlanjut pada Senin (8/6) waktu setempat. Dalam aksi terbarunya, para demonstran menyerukan defunding atau pemangkasan dana untuk kepolisian dan pembubaran kepolisian.
Namun, pembelaan Trump terhadap polisi ini justru memicu tudingan lain. Presiden yang dikenal lewat slogan 'Make America Great Again' itu dianggap abai pada kasus Floyd.
Seperti dilansir AFP, Rabu (10/6/2020) para politikus, aktivis hak-hak sipil, dan selebritas bergabung dalam berbagi kenangan tentang Floyd yang mereka sebut "raksasa lembut" setelah peti matinya yang berlapis emas dibawa ke tempat suci oleh enam pengusung bermasker, ketika barisan petugas polisi berdiri memberi hormat.
Pemimpin hak-hak sipil Al Sharpton dalam acara yang digelar pada Selasa (9/6) itu, menyampaikan pidato yang sengit, diselingi oleh chord yang dalam dari organ gereja, di mana ia menuduh Presiden Donald Trump menunjukkan ketidakpedulian atas kematian Floyd dan berbicara soal impunitas polisi.
"Kami memerangi kejahatan di tempat-tempat tinggi!" kata Sharpton. Dia bergemuruh ketika mengucapkan kalimat itu berulang-ulang sembari menuduh Trump "merencanakan cara Anda membalikkan cerita daripada bagaimana Anda bisa mencapai keadilan."
"Anda duduk sekarang mencoba mencari tahu bagaimana Anda akan menghentikan protes, daripada bagaimana Anda akan menghentikan kebrutalan (polisi)," katanya.
Dia menagih: "Sinyal yang kami kirim adalah bahwa jika Anda berada di penegakan hukum, bahwa hukum itu tidak berlaku untuk Anda."
Dia menjelaskan bahwa insiden Floyd akan terus berulang ketika kesetaraan antara kulit hitam dan putih belum tercipta.
"Sampai kita tahu harga untuk kehidupan hitam sama dengan harga untuk kehidupan putih, kita akan terus kembali ke situasi ini berulang-ulang," kata pengkhotbah itu di The Fountain of Praise Church di Houston selatan, Texas, di mana Floyd diistirahatkan.(dtc)